REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Egoisme kerap muncul di dalam jiwa dan laku manusia. Namun, egoisme sesungguhnya dapat diredam asalkan terdapat kemauan dari seseorang yang bersangkutan.
Dalam ilmu psikologi dikenal istilah bahwa musuh egoisme adalah berkorban dan memberi. Berkorban dan memberi dalam tingkat egoisme yang tinggi memang sulit dirasakan. Memberi adalah sebuah sikap tentang memberikan hal yang bisa jadi dicintai, atau hal yang paling disuka.
Dalam Islam, sikap memberi pun ditegaskan dalam Alquran dalam kalimat: ‘Wa atal mala ala hubbihi,”. Yang artinya: “Dan berikanlah harta yang kita cintai,”. Pun begitu ketika Rasulullah ditanya mengenai apa yang perlu diberikan? Rasulullah menjawab: “Al afwu,” yang berarti kelebihan atau hal yang menjadi kebutuhan kita harus diberikan kepada orang lain juga.
Maka, egoisme sejatinya harus dilatih bertubi-tubi dengan pengorbanan dan juga sikap memberi. Apabila hal itu dilakukan, secara perlahan egoisme tersebut bakal menipis dan lambat-laun akan hilang seiring dengan bertambahnya keikhlasan yang tertanam di dada.
Allah tidak menciptakan dua hati di dalam rongga dada manusia, melainkan satu hati. Maka jika satu-satunya hati itu dipenuhi dengan hal yang berbau serba duniawi dan mengumbar egoisme, maka tak akan ada tempat di hati tersebut singgasana Allah SWT.
Sebab, egoisme merupakan sumber dari segala penyakit hati. Seperti dengki, hasad, bakhil atau pelit, hingga adu domba. Semoga kita dapat menjauhkan dan meredam egoisme di satu-satunya hati yang kita miliki.