Jumat 29 Nov 2019 16:15 WIB

Panen Garam di Karawang tak Laku

Harga jual garam di Karawang terus merosot bahkan capai Rp 200 per kilogram.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Indira Rezkisari
Petani memanen garam.
Foto: Antara/Arnas Padda
Petani memanen garam.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG — Petani garam di Karawang mengeluhkan harga jual garam yang turun drastis. Tak hanya turun bahkan stok garam yang siap dipanen pun sudah tak laku di pasaran.

Ketua Koperasi Garam Segarajaya Kabupaten Karawang Aep Suhardi mengatakan harga jual garam terus merosot saat panen pada musim kemarau ini. Bahkan saat ini sudah tidak ada lagi yang membeli garam hasil petani.

Baca Juga

“Ini sudah pada ditinggalin sama petambaknya. Sudah  harga murah, yang beli tidak ada,” kata Aep kepada Republika, Jumat (29/11).

Aep mengatakan saat ini harga gram yang dijual petani adalah Rp 200 per kilogram. Namun harga yang sudah murah tersebut bahkan sudah tidak lagi laku di pasaran.

Menurutnya, stok garam sudah melimpah di tingkat konsumen. Bahkan gudang koperasi pun juga sudah melimpah produksinya.

Sementara petani masih memanen garam setiap hari selama musim kemarau ini. Sehingga garam yang masih ada di petani sudah tak laku lagi.

“Musim garam kan setahun empat bulan, Juli sampai Oktober nah pada saat panen raya harga garam anjlok itu terjadi setiap tahun, karena produksi nya banyak rata-rata semusim per hektar dapat 80 ton,” tuturnya.

Ia mengatakan saat ini banyak tambak garam yang sudah ditinggalkan pemiliknya atau menghentikan produksi garam. Pemilik bersiap mengalihfungsikan menjadi budidaya ikan bandeng selama musim hujan ini.

“Sekarang tambak garamnya sudah persiapan untuk budidaya bandeng lagi,” ujarnya. Ia menuturkan kondisi ini memang terjadi setiap tahunnya.

Saat panen raya harga garam anjlok hingga tak laku di pasaran karena banyaknya produksi. Petani garam pun harus putar otak agar panen garamnya tetap bisa laku di pasaran.

Ia pun meminta pemerintah bisa memberikan solusi agar petani garam tak terus tertekan dengan harga yang murah. Sehingga kesejahteraan petani bisa meningkat ke depannya.

“Kebijakan kedepan pemerintah harus bisa melindungi harga hasil produksi salah satunya dengan pengendalian impor,” harapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement