REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tanjungpinang mengimbau nelayan tradisional mewaspadai musim angin utara yang menyebabkan gelombang laut mencapai tujuh meter di sejumlah perairan di Provinsi Kepulauan Riau. Gelombang laut setinggi empat hingga tujuh meter terjadi di utara perairan Natuna dan Kepulauan Anambas.
"Dalam beberapa hari terakhir sudah memasuki musim angin utara. Gelombang laut sangat tinggi, disertai hujan dengan intensitas tinggi dan angin kencang pula," kata Prakirawan BMKG Tanjungpinang, Bhakti Wira Kusuma, Ahad (8/12).
Bhakti mengimbau nelayan yang menggunakan perahu atau kapal kecil sebaiknya tidak melaut. Nelayan juga harus mewaspadai hujan lebat yang disertai angin kencang.
"Nelayan juga harus menghindari kawasan yang ada awan gelap yang berlapis-lapis. Awan gelap yang dikenal dengan cumulonimbus itu dapat menyebabkan gelombang tinggi, angin puting beliung dan petir," ujarnya.
Warga di pesisir juga harus mewaspadai angin puting beliung. Pasalnya, angin puting beliung tidak terpantau Satelit Himawari, namun potensial terjadi saat ada awan hitam yang berlapis.
"Sejauh ini kami belum mendapatkan informasi ada angin puting beliung," katanya.
Bhakti mengatakan, kondisi gelombang tinggi juga terjadi di sebelah timur Perairan Bintan, dan Kabupaten Lingga. Nelayan Bintan dan Lingga harus mewaspadai gelombang laut setinggi 3-4 meter.
"Saat ada awan cumulonimbus, gelombang laut dapat lebih tinggi dari 4 meter, angin kencang dan hujan lebat," ucapnya.