REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan menolak istilah terorisme Islam. Berbicara pada pembukaan KTT Menteri Urusan Sosial Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Erdogan mengkritik Macron karena menggunakan kalimat terorisme Islam pada KTT NATO yang diadakan di London.
“Di KTT NATO terakhir kali, presiden Prancis menyebut kalimat terorisme Islam. Berapa kali saya katakan kepadanya, Islam secara harfiah berasal dari kata 'salam' dan artinya dalam bahasa Arab adalah perdamaian. Bagaimana Anda menggabungkan perdamaian dan teror dengan ekspresi teror Islam? Tidak ada hal seperti itu,” kata Erdogan, dilansir di Hurriyet Daily News, Senin (9/12).
Erdogan juga menekankan Macron diam terhadap negaranya sendiri, tetapi membuat pernyataan seperti itu di KTT NATO.
“Ada apa sekarang? Rompi kuning keluar di Paris. Ayo, perbaiki, hentikan. Kenapa Anda tidak bisa menghentikannya? Mengapa Anda tidak bisa mewujudkan perdamaian? Saat Anda menabur, Anda akan menuai,” kata Erdogan.
Erdogan ingat Turki menampung 5,5 juta pengungsi dan migran, di mana 3.650.000 adalah warga Suriah dan 350 ribu adalah warga Kurdi. “Hanya pada tahun ini, hampir 57 ribu orang dibiarkan mati oleh negara-negara lain yang berada di laur kemudian kami selamatkan hidup mereka. Kami melayani pencari suaka di negara kami dengan perlakuan yang sama seperti warga kami sendiri. Selain itu, kami menyediakan layanan ini tanpa bantuan serius dari luar negeri,” kata Erdogan.
Erdogan menyatakan lebih dari 40 miliar dolar AS dihabiskan Turki untuk pencari suaka dan pengungsi. Sekitar tiga miliar euro untuk dukungan keuangan yang diberikan kepada Turki oleh Uni Eropa.
Erdogan juga mengatakan beberapa pencari suaka yang memasuki Turki secara ilegal dikirim kembali ke Suriah. Sebanyak 370 ribu orang kembali ke Suriah dan menetap setelah wilayah itu diamankan, merujuk pada Operasi Perdamaian Musim Semi.
Turki meluncurkan Operasi Perdamaian Musim Semi pada (9/10) untuk menghilangkan YPG dari Suriah utara, sebelah timur Sungai Eufrat. Operasi itu untuk mengamankan perbatasan Turki, membantu pengembalian pengungsi Suriah yang aman, dan memastikan integritas teritorial Suriah.