REPUBLIKA.CO.ID, Segala fenomena alam yang selalu mengandung hikmah tersirat bagi orang-orang yang membaca atau memikirkannya. Allah berfirman dalam kitab-Nya: ''Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.'' (QS 3: 190). Inilah tugas kita untuk menguak rahasia alam yang telah disediakan Allah untuk digali hikmah yang terpendam.
Sebagai contoh kecil dari tanda-tanda kebesaran Allah adalah diciptakannya binatang kupu-kupu. Bila kita berusaha membaca, merenung, serta memikirkan kehidupan kupu-kupu, kita akan menemukan hikmah besar yang bisa kita jadikan pelajaran dan tauladan untuk menciptakan harmonisasi kehidupan di tengah komunitas sosial. Dari beberapa kelebihan yang ada, ada tiga keistimewaan yang dimiliki binatang ini di antaranya adalah:
Pertama, ketika masih berupa ulat, selalu merugikan orang dan menebar kerusakan setiap hinggap di tanaman, keberadaannya ditakuti setiap yang melihatnya. Namun binatang ini segera ishlah diri dan bertaubat atas perbuatannya dengan menjelma menjadi kepongpong.
Pelajaran yang bisa diambil, hendaknya seorang Muslim selalu merefleksi diri secara mendalam dan senantiasa bertaubat secara totalitas dari segala kepribadian yang tidak seiring dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Allah mengingatkan dalam Alquran suci, ''Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya (totalitas).'' (QS 66: 8).
Kedua, kehadiran kupu-kupu (setelah ishlah diri) senantiasa memberikan kesenangan bagi orang lain. Hal ini karena keindahan corak warnanya, kemuliaan tingkah lakunya: setiap hinggap tidak pernah mematahkan dahan yang dihinggapinya, selalu menebarkan benih-benih bunga dalam setiap hinggapan dari satu bunga ke bunga yang lain.
Dengan kata lain, kupu-kupu senantiasa memberikan manfaat bagi alam sekitar. Hal ini telah dicontohkan Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Kehadiran beliau dan setiap gerak langkahnya selalu menebar benih-benih kebajikan bagi alam sekitar, sehingga tercipta keharmonisan dan kesejukan bukan kerusakan dan kekeruhan suasana. ''Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.'' (QS 21: 107).
Ketiga, kupu-kupu hanya makan dari sari bunga. Dalam hal ini, seorang mukmin seyogyanya hanya mengkonsumsi makanan yang halal dan baik agar yang dikeluarkan berupa kebajikan (akhlakul karimah). ''Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.'' (QS 2: 168).
Dari ayat-ayat kauniah ini (fenomena alam) secara eksplisit mendorong umat Islam supaya melakukan perenungan serta pemikiran yang mendalam. Hal serupa juga berlaku bagi fenomena sosial yang tengah menimpa sebagian besar kaum Muslimin di berbagai penjuru dunia termasuk bangsa kita, Indonesia. Konklusi dari hasil refleksi mendalam terhadap fenomena alam adalah ucapan: ''Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.'' (QS 3: 191).