Rabu 18 Dec 2019 16:30 WIB

Lurah di Yogyakarta Dituntut Asah Kemampuan Public Speaking

Public speaking memperlancar penyampaian program yang dilakukan pemerintah daerah.

Lurah di Yogyakarta Dituntut Asah Kemampuan Public Speaking. Foto ilustrasi.
Foto: Dok BSI
Lurah di Yogyakarta Dituntut Asah Kemampuan Public Speaking. Foto ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota Yogyakarta menuntut lurah terus mengasah kemampuan public speaking atau berbicara, salah satunya melalui lomba Lurah Bicara. Lomba tersebut sebagai upaya memperlancar penyampaian program dan kegiatan yang akan dilakukan pemerintah daerah.

“Lurah adalah ujung tombak Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menyampaikan program di wilayah. Sebuah program yang bagus akan menjadi sia-sia jika tidak bisa disampaikan dengan baik,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Rabu (18/12).

Baca Juga

Menurut dia, masih ada lurah yang belum memiliki kemampuan public speaking yang baik sehingga tidak lancar dalam mengemukakan pemikiran, gagasan, dan ide untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di wilayah yang mereka pimpin. Kondisi tersebut juga dipicu karena lurah tidak memiliki kecakapan dalam menggali potensi dan memahami permasalahan yang dihadapi di wilayah masing-masing.

“Lurah tidak bisa menyampaikan potensi yang ada di wilayah karena kurang bisa menghimpun data dan merumuskan masalah sehingga penyelesaian yang diambil tidak sinkron,” katanya.

Lomba Lurah Bicara yang digelar untuk tahun pertama diikuti 14 lurah yang masing-masing mewakili tiap kecamatan di Kota Yogyakarta. Lomba digelar pada 18-19 Desember 2019 di kompleks Balai Kota Yogyakarta.

“Pada hari pertama ini, dapat diketahui mana lurah yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, dan mana lurah yang belum memiliki kemampuan memahami potensi dan masalah di wilayah sehingga mereka terlihat kesulitan menyampaikan program kegiatan,” kata Heroe.

Kegiatan Lomba Lurah Bicara tersebut juga menjadi salah satu pijakan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk melakukan penataan pegawai di masa yang akan datang. “Mungkin saja, mereka belum memiliki kecakapan untuk memimpin wilayah tetapi memiliki kemampuan di bidang lain yang justru akan lebih sesuai,” kata Heroe.

Pada hari pertama lomba, diikuti tujuh kelurahan yaitu Lurah Panembahan, Pakuncen, Gowongan, Purwokonanti, Pringgokusuman, Tegalrejo, dan Notoprajan. Salah satu lurah, yaitu Lurah Pakuncen Ryan Wulandari menyampaikan potensi yang dimiliki wilayahnya yaitu banyaknya makam, bahkan hampir di setiap RW di kelurahan tersebut memiliki makam.

“Makam yang ada ini diharapkan mendukung pemberdayaan masyarakat. Pada 2020 akan dibangun gazebo di makam sehingga bisa dijadikan semacam tempat istirahat saat warga melakukan ziarah. Warga yang berziarah bisa membelanjakan uangnya untuk membeli produk lokal,” katanya.

Saat ini, di area sekitar makam juga digunakan sebagai lorong sayur yang hasilnya bisa dimanfaatkan oleh warga. “Harapannya, makam tidak lagi menakutkan,” katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement