Ahad 22 Oct 2023 09:29 WIB

Pentingnya Guru Memiliki Kemampuan Public Speaking yang Baik

Public speaking bukan hanya tentang penyampaian informasi, tetapi juga inspirasi.

Rina Heryani, Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Foto: Dok Pribadi
Rina Heryani, Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh : Rina Heryani, Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,

Menarik yang diungkapkan Tony Robbins, "No matter what career you choose, you will need public speaking skills to be successful". Untaian kata itu menggambarkan, kalau tidak dikatakan sebagai profesi tertinggi, public speaking merupakan profesi tertanam (embedded profession) dalam berbagai profesi.

Public speaking merupakan aktivitas penyampaian gagasan dan pesan, memiliki sejarah panjang dan kaya yang mencakup berbagai tradisi, budaya dan tokoh penting. Kemampuan public speaking yang efektif mencakup beberapa aspek, seperti kemampuan untuk berbicara dengan jelas, mengatur gagasan secara logis, menyesuaikan gaya bicara untuk khalayak yang spesifik, serta menguasai bahasa tubuh, dan kontak mata yang tepat. Public speaking telah ada sejak zaman Yunani Kuno, sama tuanya dengan bahasa itu sendiri dan permulaan dari kehidupan sosial dan politik manusia.

Public speaking adalah “kiat berunding tentang kebenaran dan kebijakan terbaik” (Aristoteles n.d.). Profesi guru adalah profesi yang berkaitan dengan komunikasi antara guru sebagai pendidik dengan peserta didik. Guru dalam proses mendidik, akan membawa dan memengaruhi cara berpikir, bersikap, bertindak, dan berkehendak para peserta didik untuk menemukan kebenaran dalam mencapai tujuan pendidikan.

Komunikasi guru dengan peserta didik berlangsung dalam adegan kelompok, walaupun target perubahan perilaku dari proses pendidikan terjadi secara individual. Adegan komunikasi ini mengandung arti bahwa penting bagi seorang guru untuk memiliki kompetensi public speaking yang kuat.

Guna memengaruhi peserta didik secara efektif guru perlu menguasai berbagai aspek keterampilan public speaking. Guru tidak hanya berbicara di depan kelas, tetapi juga perlu menjelaskan konsep yang kompleks dengan cara yang dapat dimengerti, memersuasi peserta didik untuk memahami pentingnya pengetahuan, dan merangsang minat serta rasa ingin tahu peserta didik.

Public speaking dalam profesi guru bukan hanya tentang penyampaian informasi, tetapi juga tentang pengarahan dan inspirasi. Seorang guru yang efektif harus mampu membina hubungan dengan peserta didik, merangsang diskusi dan berpartisipasi dalam dialog. Mereka harus mampu berbicara dengan jelas dan persuasif sambil tetap mempertahankan dan merawat perhatian dan minat peserta didik.

Dalam konteks ini, kompetensi public speaking menjadi alat penting dalam "gudang alat" seorang guru. Melalui kemampuan public speaking, guru dapat menyampaikan pengetahuan, membangun hubungan dengan peserta didik dan memengaruhi pola pikir dan perilaku mereka. Dengan kata lain, public speaking merupakan keterampilan penting yang memungkinkan guru untuk melakukan pekerjaan mereka dengan efektif.

Sementara itu, sebagai profesi tertanam, kompetensi public speaking juga menuntut guru untuk terus belajar dan berkembang. Guru harus memahami perkembangan terbaru dalam pendidikan dan pemahaman peserta didik, serta teknik dan strategi komunikasi terkini. Dengan demikian, guru perlu terus meningkatkan kompetensi public speaking untuk membuat dirinya menjadi guru komunikatif.

Ungkapan Tony Robbins mengandung makna bahwa kompetensi public speaking merupakan kompetensi yang penting untuk keberhasilan dalam hampir semua aspek kehidupan. Sebagai guru, memiliki dan mengasah kompetensi public speaking bukanlah pilihan, tetapi suatu keharusan.

Kebermutuan kompetensi public speaking dalam berbagai profesi, termasuk profesi guru, akan berkaitan erat dengan tingkat literasi seorang profesional terhadap profesinya yang menjadi substansi public speaking. Literasi menduduki posisi penting untuk memberdayakan diri sepanjang hayat dan menjadikankan manusia mampu berpartisipasi penuh sebagai warga negara dan warga dunia. Unesco pada 2018 memandang literasi sebagai hak asasi manusia yang menjadi landasan belajar sepanjang hayat dan instrument pemberdayaan bagi manusia untuk mentransformasikan dan mengubah kehidupan.

Tingkat literasi seorang guru terhadap profesinya tidak hanya menyangkut kebermutuan pemahaman dan pengetahuan tentang subjek yang diajarkan, tetapi juga pemahaman dan kemampuan tentang teknik dan strategi terkini dalam pendidikan, pemahaman peserta didik, dan berbagai aspek lain dari dunia pendidikan dan kehidupan. Literasi digital merupakan hal penting di era saat ini, dan guru bisa menggunakan berbagai platform digital untuk meningkatkan mutu public speaking-nya.  Literasi menjadi landasan bagi seorang guru untuk menjadi public speaker yang efektif di hadapan peserta didik.

Literasi dalam profesi tidak cukup jika tidak diimbangi dengan kemampuan public speaking yang baik. Seorang guru mungkin memiliki pengetahuan yang luas tentang subjeknya, tetapi jika mereka tidak dapat menyampaikannya dengan cara yang menarik dan efektif, pengetahuan itu akan sia-sia.

Public speaking bagi guru merupakan keterampilan yang memungkinkan guru untuk menyampaikan ide-ide, berbagi pengetahuan, dan menginspirasi peserta didik melalui komunikasi lisan yang efektif. Keterampilan public speaking sangat penting bagi seorang guru, menjadi fondasi kemampuannya untuk menyampaikan informasi secara efektif dan menarik, serta menggunakan metode pengajaran dan strategi komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Ada ungkapan tokoh sastra Irlandia William Butler Yeats (1865-1939) yang mengatakan "Pendidikan bukanlah sekadar mengisi sebuah tong, tetapi menyulut api". Intinya, pendidikan melebihi sekadar pemerolehan pengetahuan tapi menumbuhkan cinta terhadap belajar dan menyulut semangat di dalam diri peserta didik.

Ungkapan ini mengandung makna guru tidak cukup menyampaikan pengetahuan, gagasan, dan informasi secara lisan tapi penting menumbuhkan motivasi dan kemampuan membangun pikiran dan gagasan sendiri pada peserta didik. Guru perlu menyiapkan pengalaman yang menjadikan peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan berdasarkan pemikirannya sendiri.

Kecakapan public speaking seperti yang telah diungkapkan merupakan saluran untuk mengkomunikasikan kemelekan (literate) seseorang dalam bidang kehidupan tertentu kepada khalayak untuk membuat khalayak melek akan kehidupan tersebut. Ini berarti kemelekan guru atas sikap, pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan kepada peserta didik melalui public speaking akan membuat peserta didik melek terhadap apa yang disampaikan guru.

Kemelekan peserta didik inilah yang menjadi landasan bagi mereka untuk mengembangkan dan menemukan sendiri kecakapan berpikir dan bekerja. Proses membantu peserta didik mengembagkan dan menemukan sendiri kecakapan berpikir merupakan langkah lanjut dari kecakapan public speaking seorang guru di dalam mempengaruhi dan membawa peserta didik untuk mencari kebenaran dalam mengembangkan dirinya.  

Keterampilan public speaking merupakan bagian dari literasi dalam profesi, termasuk profesi guru. Namun, seorang guru harus melanjutkan kecakapan public speaking-nya dengan proses membantu peserta didik menemukan sendiri pengetahuan, pemikiran, dan kebenaran dari dalam dirinya sendiri.

Catatan akhir, “Jika public speaking adalah tentang pembicara yang memiliki dan memberikan pengetahuan kepada khalayak, maka mengajar adalah tentang mereka (peserta didik) dan Anda membuat pengalaman pendidikan yang membantu mereka menemukan hal-hal baru, dan membantu mereka menciptakan pengetahuan baru untuk diri mereka sendiri dari dalam.” (Derek Featherstone, 2014)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement