Senin 30 Dec 2019 01:22 WIB

Greta Thunberg Rangkum 2019 dalam Lima Kata

Greta Thunberg mengilhami empat juta orang bergabung dalam pemogokan iklim global.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Friska Yolanda
Greta Thunberg.
Foto: dok Republika
Greta Thunberg.

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Aktivis perubahan iklim asal Swedia Greta Thunberg baru-baru ini menyimpulkan tahun 2019 dalam lima kata yang tidak menyenangkan. Hal ini ia ungkapkan dalam akun media sosial Twitter miliknya.

Terinspirasi oleh tagar Twitter menjelang akhir tahun, #2019in5words, remaja berusia 16 tahun itu pun mengutarakan pemikirannya. Ia menuliskan sebuah ungkapannya yang paling terkenal, yakni "Our house is on fire" (Rumah kita sedang terbakar).

Dikutip di Newshub, kata-kata tersebut merupakan bagian dari pidato yang disampaikan Greta dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2019 di Davos beberapa waktu lalu. Di pidatonya, ia meminta para pemimpin untuk mengambil tindakan drastis untuk mengatasi perubahan iklim yang ada.

"Rumah kita terbakar. Saya di sini untuk mengatakannya, rumah kita terbakar," katanya saat itu.

Ia menyebut banyak orang saat ini menghadapi bencana atau penderitaan yang tak terucapkan bagi sejumlah besar orang. Dan saat ini, bukan lagi waktunya berbicara dengan sopan atau fokus pada apa yang bisa atau tidak bisa diatakan. Greta menegaskan jika sekaranglah adalah saat yang tepat untuk berbicara dengan lugas dan jelas.

"Entah kita memilih untuk melanjutkan kehidupan sebagai peradaban atau tidak. Ini tengang hitam atau putih. Tidak ada wilayah abu-abu dalam hal bertahan hidup," ucap Greta.

Greta menjadi terkenal karena memulai kampanye lingkungan pada Agustus 2018 yang menjadi gerakan global. Kampanye ini dimulai dengan ia yang bolos sekolah demi berkemah di depan parlemen Swedia untuk menuntut tindakan.

Gadis belia ini dinobatkan sebagai Person of the Year oleh majalah Time tahun 2019 pada awal Desember lalu. Ia menjadi penerima penghargaan tahunan termuda sejak 1927.

Majalah tersebut menulis dalam 16 bulan sejak kampanyenya yang pertama, dia telah berbicara dengan para kepala negara di PBB, bertemu dengan Paus, serta berdebat dengan Presiden Amerika Serikat.

Ia juga mengilhami empat juta orang bergabung dengan pemogokan iklim global pada 20 September 2019. Menurut catatan, demonstrasi itu menjadi demonstrasi iklim terbesar dalam sejarah manusia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement