Senin 30 Dec 2019 15:39 WIB

Masyarakat Diimbau tak Berlebihan Rayakan Tahun Baru

Tahun baru bukanlah hal yang harus dirayakan, melainkan momen untuk evaluasi diri

Red: Esthi Maharani
Tahun baru
Foto: Antara
Tahun baru

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengurus Wilayah Muhamadiyah Jawa Timur (PWM Jatim) mengimbau masyarakat tidak berlebihan dalam merayakan malam pergantian tahun atau tahun baru 2020. Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jatim Najib Hamid berpendapat, tahun baru bukanlah suatu hal yang harus dirayakan, melainkan momen untuk evaluasi diri.

"Tahun baru bukan untuk dirayakan. Tapi untuk evaluasi atau muhasabah terhadap yang sudah dilakukan, sebagai bahan atau bekal untuk aktivitas yang akan datang," kata Najib Hamid di Surabaya, Senin (30/12).

Najib juga mengingatkan, penyambutan tahun baru dengan berpesta atau berfoya-foya, tidak dianjurkan dalam agama Islam. Bahkan, kata dia, Islam melayang umatnya untuk berfoya-foya atau berlebih-lebihan. "Foya-foya itu tabdzir, dilarang agama," kata fia.

Menurut Najib, hendaknya malam pergantian tahun baru bisa diisi dengan ibadah, kegiatan sosial, atau kegiatan intelektual yang bermanfaat. Terkait tradisi menyalakan kembang api maupun meniup terompet, Najib Hamid berpendapat boleh saja dilaksanakan, asalkan tidak berlebihan.

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim) pun mengimbau seluruh kader, tokoh, dan pengurus NU Jatim untuk tidak berlebihan menyambut datangnya tahun baru 2020. Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar meminta semua kader NU untuk beraktivitas seperti biasanya. Menurutnya, dalam syariat Islam, tidak diatur ibadah-ibadah khusus untuk menyambut tahun baru.

"Yang biasanya ngaji ya ngaji. Yang kerjanya satpam ya njaga seperti biasa, tetap salat lima waktu, semua seperti biasanya," kata Marzuki.

Pengasuh Ponpes Sabillurrosyad Gasek Kota Malang ini juga tidak melarang andai ada warga yang mengadakan acara-acara untuk menyambut pergantian tahun baru. Namun, dia mengingatkan, khususnya kepada kader NU di Jatim, agar tetap menjaga syariat.

"Hanya kepada pengurus NU, kader NU yang mengadakan acara, harus tetap menjaga syariat, menjaga kerukunan warga, dan menghindari statemen perilaku yang kontroversial agar tetap adem ayem," ujarnya.

Sedangkan untuk tradisi menyalakan kembang api dan menggunakan terompet, KH Marzuki Mustamar mengatakan pihaknya tidak bisa menentukan apakah itu haram atau tidak. Menurutnya, yang terpenting agar warga NU tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kontroversial.

"Kalau kami kiranya itu menjadi kontroversi, baiknya tokoh NU dan pengurus menghindari. Kalau warga kan tidak bisa dicegah karena yang selama ini menjadi sorotan NU-nya bukan warga," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement