Selasa 31 Dec 2019 21:33 WIB

Sekjen PP Muhammadiyah: Dzikir Nasional Punya Makna Luas

Dzikir merupakan bagian dari ikhtiar setiap manusia.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Muhammad Hafil
Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti saat memberikan tausiyah di acara Dzikir Nasional Republika 2019 di Masjid At Tin, Jakarta, Selasa (31/12).
Foto: Syahruddin El Fikri/Republika
Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti saat memberikan tausiyah di acara Dzikir Nasional Republika 2019 di Masjid At Tin, Jakarta, Selasa (31/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, melihat kegiatan Dzikir Nasional memiliki makna yang luas. Menurutnya, kegiatan yang dilaksanakan di penghujung tahun dapat dimaknai secara spiritual, kultural, maupun politik.

"Saya kira ini sebuah momentum dan kegiatan yang sangat penting, yang memiliki makna sangat luas, tidka hanya secara spiritual, tetapi juga secara kultural dan secara politik," ujar Mu'ti pada kegiatan Dzikir Nasional 2019 di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Selasa (31/12).

Baca Juga

Ia menjelaskan, secara spiritual, dzikir merupakan bagian dari ikhtiar setiap manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dzikir dengan menyebut asma Allah SWT dan mengagungkan keindahannya merupakan pintu gerbang untuk mendapatkan ketenangan dalam kehidupan.

"Karena itu, maka dzikir merupakan salah satu dari karakter hamba Allah yang beriman dan karakter hamba Allah yang cerdas," katanya.

Mu'ti melihat kegiatan dzikir yang dilakukan dalam menyambut pergantian tahun ini juga sebagai salah satu momentum budaya. Menurutnya, Dzikir akhir tahun tidak ada tuntunannya dari agama, tapi merupakan sebuah tradisi yang dikembangkan berdasarkan ajaran agama.

"Dalam konteks kultural global saya kira bisa menjadi sebuah alternatif culture dan bisa jadi counter culture dari kecenderungan kehidupan yang hedonistik, kehidupan yang sekuler, dan materialistik," tuturnya.

Ia menilai, Dzikir Nasional dapat menjadi alternatif karena mengisi momen pergantian tahun dengan budaya yang bermanfaat. Kegiatan tersebut juga ia lihat sebagai kegiatan yang lebih berkeadaban daripada berpesta,

"Budaya yang bermanfaat, yang lebih berkeadaban, yang lebih mencerminkan kehidupan kita sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia," ujar dia.

Secara politik, kata dia, Dzikir Nasional dapat membangun interkasi sosial yang konstruktif di antara sesama bangsa Indonesia. Interkasi sosial itu dapat dijadikan sebagai modal sosial dalam membangun bangsa dan negara bersama-sama.

"Membangun keberhasilan suatu bangsa itu tidak hanya sekadar infrasturktur fisik, tapi juga infrastruktur sosial," katanya.

Dalam Dzikir Nasional terdapat bazar buku, kuliner halal, cek kesehatan gratis, donor darah, dan hiburan islami. Dzikir nasional dihadiri ulama dan tokoh nasional yang akan mengisi ceramah keagamaan dan kebangsaan. Mamah Dedeh menyampaikan inspirasi keislaman mulai bakda Ashar.

Puncak acara dimulai bakda shalat Isya berjamaah. Menteri Agama Fachrul Razi menyampaikan sambutan. Kemudian disambung ceramah keagamaan dari Habib Jindan, Ustaz Khalidi Asadil Alam, Ustaz Jazir, KH Cholil Nafis, dan Ustaz Abdul Mu’ti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement