REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam perdagangan hari ini, Jumat (3/1), rupiah ditutup melemah di level Rp 13.925 dari penutupan sebelumnya di level Rp 13.884 per dolar AS. Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, banjir masih menjadi salah satu penyebab tertekannya rupiah.
Beberapa sentra bisnis di Jabodetabek lumpuh akibat terkena banjir. "Pelemahan rupiah ini dampak dari banjir yang sampai saat ini masih terjadi bahkan di jalan utama penghubung sentra bisnis," kata Ibrahim, Jumat (3/1).
Bencana ini diprediksi mengakibatkan kerugian hingga Rp 1 triliun. Menurut Ibrahim, angka kerugian tersebut cukup besar sehingga wajar apabila pasar kembali melakukan taking profit.
Selain banjir, sentimen yang juga berpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah adalah penguatan harga minya dunia akibat dampak geopolitik di Timur Tengah. Harga minyak dunia menyentuh level tertinggi di AS yaitu 63,83 dolar AS per barel.
Di sisi lain, Indonesia merupakan negara net importir minyak dikawasan Asia Tenggara. Sehingga, penguatan harga minyak dunia pun akan memberi tekanan terhadap mata uang garuda.
"Saat harga minyak naik, biaya impor komoditas ini akan ikut melejit. Ketika semakin banyak devisa yang dibakar untuk impor minyak, rupiah akan menjadi korban," tutur Ibrahim.