REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Salah satu korban terdampak banjir di Ciledug Indah, Eko (28 Tahun) mengaku mengkhawatirkan aliran listrik ketika membersihkan sisa banjir. Pasalnya, lumpur dan air yang masih menggenangi sebagian tempat di rumahnya, dikhawatirkan menjadi penghantar arus listrik.
“Jadi walaupun listrik baru nyala lagi, gak saya nyalain dulu,” katanya ketika ditemui Republika di kediamannya, Tangerang, Jumat (3/1).
Ia mengaku, harta benda miliknya banyak yang ludes. Namun demikian, ia masih bisa menerimanya karena semua anggota keluarga masih bisa terselamatkan.
“Elektronik apalagi, habis semua,” keluhnya.
Dia tak menampik bahwa ketinggian air yang sempat mencapai dua meter pada Rabu lalu, menjadi banjir yang terparah. Terlebih, ketika banjir di wilayahnya itu baru terjadi kembali dalam rentang waktu lima hingga enam tahun terakhir.
“Sadar ini akan besar, keluarga langsung diungsikan ke tempat lain waktu ketinggian air masih 80 cm,” katanya.
Ketika ditanya terkait kendaraan yang terbawa arus dia mengatakan, bahwa di wilayahnya memang banyak yang hanyut. Namun demikian, ia tak mengetahui dari mana kendaraan tersebut datang.
“Di depan jalan sini aja ada tiga mobil. Belum motor hanyut yang jumlahnya bisa puluhan. Pada ke sini karena di sini daerah pusaran airnya,” ujar dia menunjuk jalan.
Terkait hal tersebut, Eko mengklaim sigap untuk mengungsikan kendaraan Bersama keluarganya.
Serupa dengan Eko, Didi dan Asih juga terlihat sedang membersihkan lumpur yang terbawa arus tersebut. Pasangan suami istri itu juga mengatakan bahwa memang banyak kendaraan yang hanyut ke wilayahnya. Namun demikian, mereka tak mengetahui dari mana kendaraan tersebut berasal.
“Saya ga tau, waktu itu langsung ngungsi. Waktu pulang udah ada mobil itu depan rumah,” katanya menunjuk mobil berwarna putih.