Jumat 03 Jan 2020 19:13 WIB

Pascabanjir, Aktivitas di Pasar Jatinegara Belum Pulih

Pedagang yang paling parah terdampak banjir berada di lantai dasar Pasar Jatinegara

Sejumlah pedagang mengamankan barang dagangannya ketika banjir merendam lantai dasar Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (2/1).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah pedagang mengamankan barang dagangannya ketika banjir merendam lantai dasar Pasar Jatinegara, Jakarta, Kamis (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktifitas jual beli di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, pascabanjir akibat luapan anak sungai Ciliwung yang menimpa kawasan tersebut pada Rabu (1/1) belum pulih sepenuhnya. Pedagang yang paling parah terkena dampak banjir berada di lantai dasar atau basement. Lokasi tersebut merupakan pusat pernak-pernik (souvenir) dan los sayur serta daging.

Pada Jumat (3/1), sejumlah pedagang terlihat mulai membersihkan tokonya yang sempat terendam banjir hingga mencapai lutut orang dewasa. Mereka juga langsung memilah barang dagangan yang masih bisa diselamatkan maupun tidak.

Baca Juga

Sementara pedagang lain belum terlihat membuka tokonya hingga beberapa lorong seolah dibiarkan begitu saja dan masih tersisa genangan air. Adapun di lantai atas, aktifitas jual beli berjalan normal. Namun mereka juga merasakan dampak akibat jalur menuju pasar terputus.

Seorang petugas kebersihan Pasar Jatinegara, Wantoro (34), mengatakan air sudah memenuhi lantai dasar pada Rabu (1/1) sekitar pukul 08.00 WIB hingga Kamis (2/1) malam.

Pengelola pasar pun baru bisa menerjunkan pompa air pada Kamis malam. Baru pada Jumat (3/1) pagi, air yang memenuhi lantai dasar bisa sepenuhnya dibersihkan dan hanya menyisakan air yang masuk ke dalam toko.

"Banyak pedagang yang terlambat memindahkan barang. Tuh (sambil menunjuk tumpukan sampah) asesoris yang kerendem ga bisa kejual dan jadi sampah," ujar Wantoro.

Sementara di los sayur dan daging, aktivitas perekonomian masih lumpuh. Para pedagang bersama petugas masih mengumpulkan sisa-sisa sampah seperti kardus basah, sampah plastik, hingga membersihkan lumpur yang tersisa.

Akibat kondisi tersebut, para pedagang harus menerima kenyataan merugi hingga puluhan juta rupiah karena tiga hari terpaksa tidak berjualan. "Kalau dihitung mah nyampe, mas, puluhan juta (kerugian)," ujar pedagang daging sapi, Bambang.

Menurut dia, banjir kali ini lebih parah sejak 12 tahun terakhir. Terakhir banjir parah yang menggenangi kawasan tersebut terjadi pada 2007, saat itu lantai dasar hampir sepenuhnya tenggelam.

"Sekarang kejadian yang paling besar, sebelumnya ga pernah sampai menggenangi pasar. Udah lama banget yang parah juga," kata dia.

Senada dengan Bambang, Acih, seorang pedagang souvenir pernikahan harus ikhlas merelakan barang dagangannya jadi sampah akibat terendam air. Ia bersama suaminya menumpuk barang-barang yang sekiranya masih memiliki nilai jual.

"Tuh di karung barang-barang yang jadi sampah. Lagian ga bisa dijual, udah basah jadi jelek," kata dia.

Ia belum bisa memastikan berapa jumlah kerugian akibat tidak jualan selama tiga hari dan barang yang terbuang. Namun Acih memprediksi kerugian mencapai jutaan rupiah. "Belum dihitung sih kerugian, cuman jutaan mah pasti nyampe," kata dia.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement