Selasa 07 Jan 2020 11:11 WIB

Jerman, Prancis dan Inggris Minta AS-Iran Saling Menahan Diri

Jerman, Inggris dan Prancis meminta AS dan Iran saling menahan diri untuk mengakhiri ketegangan di Timur Tengah. Menteri Luar Negeri Jerman ingin mempercepat petermuan Uni Eropa untuk membahas masalah ini.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/AP
picture-alliance/dpa/AP

Kanselir Jerman, Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meminta Amerika Serikat dan Iran untuk sama-sama menahan diri di tengah ketegangan yang terjadi di Timur Tengah.

Ketiga pemimpin negara tersebut mengeluarkan pernyataan yang mendesak AS-Iran untuk melakukan de-eskalasi. Mereka juga meminta ketegangan AS-Iran segera berakhir.

Baca Juga

Ketiganya juga menegaskan soal ikatan kedaulatan dan keamanan Irak. Mereka mengatakan bahwa ketegangan ini berisiko menghancurkan stabilitas Irak yang telah diupayakan selama bertahun-tahun.

Lewat pernyataan tertulis, ketiga pemimpin tersebut menyebutkan bahwa prioritas utama di wilayah Irak adalah memerangi ISIS. Mereka juga meminta otoritas keamanan Irak untuk tetap memberikan dukungan terhadap aliansi militer yang dipimpin AS dalam memerangi kelompok militan itu.

Sebelumnya, Minggu (5/1), parlemen Irak sepakat untuk mengusir pasukan asing, termasuk tentara AS dan Jerman dari negaranya.

Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengatakan langkah AS yang mengancam akan memberi sanksi atas keputusan parlemen Irak tersebut sebagai tindakan yang kurang tepat.

“Saya rasa tidak tepat meyakinkan Irak (untuk tidak mengusir tentara AS) dengan ancaman, harusnya dengan argumen,” ujar Maas, dalam wawancaranya dengan radio publik Jerman Deutschlandfunk.

Kesepakatan nuklir Iran

Dalam pernyataan tertulisnya, Minggu (5/1) ketiga pemimpin negara Eropa ini juga merespon tentang keputusan Iran yang tidak akan lagi mengikuti batasan dalam kesepakatan nuklir 2015. Kesepakatan nuklir itu dikenal dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Ketiga pemimpin juga meminta agar Iran menahan diri dari segala bentuk kekerasan dan mengikuti segala ketentuan dalam perjanjian nuklir.

Maas juga menambahkan bahwa pemerintah Jerman, Inggris dan Prancis akan bertemu pada Senin (6/1) untuk membahas tentang kesepakatan nuklir Iran. Kepada Deutschlandfunk, Maas mengatakan negara-negara Eropa tidak bisa diam saja atas keputusan Iran.

Ketiga pemimpin negara, yakni Merkel, Johnson dan Macron juga menyatakan keprihatinan mereka terhadap langkah-langkah negatif yang dilakukan pasukan elite Quds dari Garda Revolusi Iran di kawasan itu.

Menlu Jerman ingin percepat pertemuan Uni Eropa

Heiko Maas mengusulkan untuk mempercepat pertemuan rutin Uni Eropa yang rencananya baru akan dilaksanakan minggu depan.

Maas juga meminta agar negara-negara Uni Eropa bekomunikasi secara intens dengan semua pihak yang terlibat.

“Eropa sekarang memiliki peran penting ditengah ancaman konflik antara Amerika Serikat dan Iran yang meningkat dan Menteri Luar Negeri Uni Eropa harus mempercepat persetujuan pendekatan bersama,” ujar Maas.

Maas juga menambahkan pemerintah Jerman akan berkomunikasi dengan Irak untuk mengklarifikasi hubungan kedua negara setelah parlemen Irak sepakat untuk mengusir pasukan asing dari Irak. Namun, Maas mengatakan bahwa Jerman akan menghormati setiap keputusan yang dibuat oleh negara itu.

Saat ini, Jerman memiliki sekitar 130 tentara di Irak yang menjalani misi bantuan dan pelatihan internasional memerangi ISIS.

Maas juga menambahkan dirinya sepakat dengan pernyataan Merkel, Macron dan Johnson, yang menyerukan bahwa fokus saat ini adalah tetap memerangi ISIS di wilayah tersebut. Maas mengatakan bahwa kelompok militan itu tetap menjadi ancaman serius. pkp/yp (Reuters, dpa, AP)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement