REPUBLIKA.CO.ID, Apa yang selama ini kau lakukan di dunia akan membuat tubuhmu berubah. Percayakah pada hal itu? Salah seorang tokoh sufi yang lahir di Madinah dan besar di Basrah melihatnya sendiri.
Kisah ini dialami Hasan al-Bashri, yang banyak berkawan dengan para sahabat Rasulullah SAW. Ia termasuk dalam generasi tabi'in dan merupakan salah satu wali terbesar di masa hidupnya.
Pada suatu hari, Hasan merasakan pengalaman yang penuh pelajaran baginya. Ia percaya anatomi tengkorak manusia bisa berubah sesuai dengan apa yang biasa dilakukannya di dunia. Jika ia adalah ahli ilmu yang bijak, yang sering mendengarkan orang lain, tengkoraknya akan berbeda dengan orang yang tak pernah mendengarkan nasihat.
Saat itu ia sedang berjalan-jalan dan melewati sebuah permakaman. Ia melihat sebuah aktivitas yang tidak wajar. Dengan segera ia membelokkan arah langkah kakinya dan melihat lebih dekat apa yang sedang terjadi di tengah permakaman tersebut.
Tampak olehnya seseorang yang berasal dari negeri barat. Pria itu dari ras kaukasian dengan rambut pirang menyala. Lelaki itu sedang melakukan sesuatu yang membuatnya penasaran.
Semakin mendekat, Hasan semakin terperangah melihat apa yang dilakukan pria asing tersebut. Ia hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pria itu sedang membongkar kuburan-kuburan di sana dan memeriksa tengkorak yang ditemukannya satu per satu.
Dia terlihat sibuk dengan apa yang dilakukannya. Percaya atau tidak, ia sedang menusukkan tongkat ke setiap lubang telinga tengkorak dari kuburan yang digalinya. Kemudian, beberapa dari kepala tengkorak manusia yang ditelitinya dijejerkan di dekat tempatnya berdiri.
Rasa penasaran memenuhi benak Hasan. Ia pun bertanya dengan sopan kepada pria asing tersebut. "Apa yang sedang kau lakukan? Tak salahkah penglihatanku, aku melihat kau menusukkan tongkat ke lubang telinga tiap-tiap tengkorak yang kau gali. Mengapa?" tanyanya.
Sang pria asing menyambut pertanyaan Hasan dengan senyuman. Ia mengaku memang tengah menggali beberapa kuburan untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah.
Jika ia menemukan tengkorak yang menurutnya adalah tengkorak dari ahli ilmu, ia akan segan, menghormatinya, dan memperlakukanya dengan cara yang terhormat. "Namun, jika aku menemukan sebaliknya, aku tak akan terlalu menghormatinya," ujar sang pria asing tersebut dengan santainya.
Ia kemudian melanjutkan penjelasannya. Menurutnya, dengan menusukkan tongkatnya ke lubang telinga tengkorak-tengkorak itu, ia bisa membuktikan, bisa tahu mana kepala tengkorak yang ketika masih hidup menjadi ahli ilmu dan mana yang bukan.
Hasan masih belum menemukan jawaban atas rasa penasarannya. Bagaimana bisa menentukan orang tersebut benar-benar ahli ilmu atau bukan dari tengkoraknya? Dengan percaya diri sang pria asing menjelaskan. "Apabila tongkatku ini mampu menembus kepala tengkorak ini dari lubang telinga yang satu ke lubang telinga yang lainnya, maka aku membuangnya begitu saja. Begitu pula jika tongkatku ini tak mampu menembus salah satu dari lubang telinganya," ujar lelaki tersebut tanpa merasa bersalah sama sekali.
Rasa penasaran Hasan kian membuncah. Ia masih belum paham dengan apa yang dilakukan pria asing tersebut. Sang pria asing meneruskan penjelasannya. "Aku membuang tengkorak jenis tersebut karena tengkorak tersebut merupakan milik orang-orang yang tak mau mendengarkan ilmu atau nasihat yang benar," ujarnya.
Selama hidupnya, mereka justru cenderung menyibukkan diri untuk memenuhi kesenangan hawa nafsunya saja. Ketika mereka mendengarkan ilmu atau nasihat yang baik, mereka hanya menjadikan telinga mereka sebagai tempat lalu lalangnya ilmu atau nasihat itu. Sama sekali tak menempel di benak mereka. "Telinga seperti itu, sama saja seperti tak mendengarkan ilmu atau nasihat al-haqq yang disampaikan kepada mereka," katanya.
Hasan pun kaget dengan apa yang baru saja didengarnya. "Lalu bagaimana ciri-ciri telinga ahli ilmu, yang mau mendengar tersebut?" tanyanya penasaran. Orang yang berilmu nan pandai, punya bentuk tengkorak yang berbeda menurut sang pria asing tersebut. "Jika kutusukkan tongkatku ini lewat telinganya, maka tongkatku akan menembusnya dan menancap tepat di bagian otaknya," jelasnya. Ini berarti di masa hidupnya, mereka mau mendengarkan ilmu dan nasihat-nasihat baik yang disampaikan kepada mereka.
Jika sang pria asing tersebut menemukan tengkorak yang seperti itu, yang berarti milik dari seorang yang berilmu, ia akan menghormatinya. Tak segan ia menciumnya dengan rasa penuh penghargaan dan menguburnya kembali dengan sebaik-baiknya.
Kala itu, Hasan al-Bashri masih terpana dengan apa yang baru saja dialaminya. Ia sadar, Allah Mahaadil pada semua hamba-Nya. Allah memberikan penghargaan pada manusia yang berilmu, mau mendengarkan nasihat dan hal-hal baik selama hidupnya, serta mengamalkannya. Ketika manusia tersebut telah meninggal, tengkorak mereka yang bersisa tersebut masih menampakkan tanda-tandanya.
Dalam kitab Irsyad al-Qulub, Luqman al-Hakim berkata, "Wahai anakku, terimalah nasihat orang lain dan amalkan itu. Karena nasihat pada orang yang berakal lebih manis dari madu." Hadis menyebutkan, "Maa khaaba man istasyaara," yang artinya tidak akan merugi orang yang bermusyawarah dan mendengarkan pendapat orang lain.