Senin 07 Jul 2025 11:37 WIB

Adab Lebih Penting daripada Ilmu, Mengapa?

Seorang alim harus terlebih dahulu menjaga adabnya.

Orang tua penting mengajarkan adab dan ilmu kepada anak (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA
Orang tua penting mengajarkan adab dan ilmu kepada anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmu pengetahuan di tangan orang yang beradab menjadi alat untuk membangun peradaban dan membawa kebaikan bagi sesama. Namun, tanpa adab, ilmu justru dapat menjadi penyebab kerusakan yang merugikan banyak pihak. Dalam Islam, Allah memberikan petunjuk yang jelas bahwa sebelum seseorang mencapai ilmu, ia harus mendahulukan ketakwaan.

“Takwa harus diutamakan sebelum ilmu, dan salah satu cabang dari takwa adalah adab," ujar Ustaz Adi Hidayat (UAH) dalam salah satu kajian di kanal YouTube-nya.

Baca Juga

Hal ini sebagaimana tertuang dalam Surah Al-Baqarah ayat 282:

...وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Artinya, "Bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Takwa disebutkan dalam Alquran sebanyak 240 kali, dengan istilah taqi ('yang memilikinya') dan muttaqin (bentuk jamak). Ini menunjukkan betapa pentingnya sifat ini sebagai landasan moral dalam Islam.

Menariknya, salah satu turunan takwa adalah adab. Di antara ciri-ciri orang yang bertakwa (muttaqin) adalah memiliki hubungan yang baik dengan Allah dan sesama manusia dan lingkungan di sekitarnya.

Ciri utama seorang muttaqin adalah adabnya kepada Allah. Dalam Alquran surah adz-Dzariyat ayat 15–23, Allah menggambarkan orang-orang bertakwa sebagai hamba yang selalu menjaga hubungan mereka dengan-Nya melalui ibadah, rasa syukur, dan kepatuhan terhadap perintah-Nya. Mereka mengakui kelemahan diri dan bergantung sepenuhnya kepada rahmat Allah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement