Kamis 09 Jan 2020 02:04 WIB

Maskapai Penerbangan Komersial Alihkan Rute Timur Tengah

Keputusan ini menyusul kekhawatiran ketegangan antara AS dan Iran.

Rep: Puti Almas/ Red: Nora Azizah
Warga memeperhatikan gundukan tanah bekas tembakan roket Iran di Duhok ,Iraq, Rabu (8/1)
Foto: REUTERS/Ari Jalal
Warga memeperhatikan gundukan tanah bekas tembakan roket Iran di Duhok ,Iraq, Rabu (8/1)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sejumlah maskapai penerbangan komersial memutuskan untuk mengalihkan rute penerbangan melintasi Timur Tengah untuk sementara waktu pada Rabu (8/1). Keputusan ini datang menyusul kekhawatiran dan munculnya bahaya di wilayah itu akibat ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.

Dlansir melalui APNews, Kamis (9/1), di antara maskapai penerbangan yang mengumumkan pengalihan rute ini adalah Qantas. Pihaknya sedang mengubah rute London, Inggris ke Perth, Australia untuk menghindari wilayah udara Iran dan Irak hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Baca Juga

Dengan rute yang lebih panjang, Qantas harus membawa lebih sedikit penumpang dan bahan bakar lebih banyak. Maskapai asal Australia akan melewati jalur yang membuat durasi penerbangan lebih lama 40 hingga 50 menit.

Selanjutnya ada Malaysia Airlines yang mengumumkan atas peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu, pesawat dari maskapai ini akan menghindari wilayah udara Iran. Demikian dengan Singapore Airlines yang juga mengatakan bahwa rute penerbangan ke Eropa akan dialihkan untuk menghindari wilayah negara Timur Tengah itu.

Sebelumnya Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) mengatakan bahwa pilot dan operator Amerika dilarang untuk terbang di wilayah Irak, Iran, dan beberapa wilayah udara Teluk Persia. Badan itu juga memperingatkan adanya potensi kesalahan perhitungan atau identifikasi bagi pesawat sipil di tengah meningkatnya ketegangan antara negara adidaya itu dengan Iran.

Larangan dan pembatasan yang diberlakukan kali ini adalah langkah pencegahan bagi pesawat sipil yang dikhawatirkan dapat terjebak dalam situasi konflik. FAA juga mengatakan aturan ini dikeluarkan karena meningkatnya kegiatan militer dan ketegangan politik di Timur Tengah dan membuat adanya resiko yang tidak disengaja untuk operasi penerbangan sipil AS.

Langkah pembatasan yang dilakukan AS dilakukan setelah serangan rudal balistik Iran diluncurkan pada Selasa (7/1) di dua pangkalan yang menampung pasukan Negeri Paman Sam di Irak. Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas pembunuhan Komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani yang tewas dalam serangan udara di Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement