REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengutuk penangkapan Duta Besar Inggris untuk Iran. Seorang juru bicara dari kantor Johnson mengatakan keputusan itu merupakan pelanggaran hukum internasional.
"Di Iran, mereka membahas hilangnya nyawa yang tragis pada jet penumpang Ukraine International Airlines. Mereka mengutuk penangkapan Iran terhadap Duta Besar Inggris untuk Teheran sebagai pelanggaran hukum internasional," kata juru bicara itu pada Ahad (12/1).
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah kedua pemimpin saling berbicara, juru bicara menjelaskan,posisi Iran pun tetap dinilai tidak perlu memiliki senjata nuklir. Mereka meminta negara itu untuk menegaskan kembali komitmen dalam kesepakatan nuklir JCPOA.
"Para pemimpin juga membahas kepentingan bersama kami dalam memastikan Iran tidak pernah memperoleh senjata nuklir dan menegaskan kembali komitmen mereka yang berkelanjutan untuk melestarikan JCPOA (kesepakatan nuklir Iran)," ujar juru bicara kantor Johnson.
Laporan dari kantor berita pemerintah Iran IRNA menyataka, penahanan Duta Besar Inggris terjadi dalam pertemuan di depan Universitas Amir Kabir di Teheran pada Sabtu (11/1). Namun, tidak lama dia pun telah dibebaskan segera setelah diberi pengarahan.
Kementerian Luar Negeri Iran pun sedang menunggu perincian lebih lanjut atas peristiwa itu. Terlebih lagi tanggapan telah diberikan oleh Inggris yang menyatakan itu semua bertentangan dengan norma-norma internasional.
Beberapa anggota parlemen mendesak Kementerian Luar Negeri untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan terhadap peristiwa itu. Mereka pun menyatakan hal serupa dengan tuntutan pemerintah Inggris.
Di sisi lain, milisi garis keras Iran Basij melakukan demonstrasi di luar Kedutaan Besar Inggris di Teheran pada Ahad (12/1). Mereka melakukan aksi dalam upaya menutup kantor pemerintahan tersebut.
Basij merupakan kelompok yang berafiliasi dengan Pengawal Revolusi elit Iran. Mereka melakukan aksi dalam menanggapi tekanan atas penahanan Duta Besar Inggris.