REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kepolisian Malaysia berjanji akan terus memburu Low Taek Jho atau Jho Low, sosok yang diduga menjadi otak dari kasus korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Kasus tersebut diketahui turut menyeret mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak.
Inspektur Jenderal Abdul Hamid Bador mengakui bahwa dia telah gagal menangkap Jho Low sepanjang 2019. Namun Abdul bertekad merampungkan tugas tersebut meskipun ada pihak-pihak tertentu yang menghalanginya.
"Saya berjanji akan berusaha membawanya pulang. Tapi saya menghadapi banyak kendala oleh pihak-pihak tertentu untuk memastikan dia tidak dibawa pulang untuk menghadapi keadilan," kata Abdul pada awak media pada Senin (13/1) dilaporkan laman the Star.
Kendati gagal menangkap, penyelidikan terkait Jho Low tetap mengalami perkembangan. Hal itu terutama terkait pelacakan aset milik keluarganya.
"Kami menemukan aset baru di sini yang telah kami sita. Saya tidak bisa membocorkan nilai sebuah rumah yang kami sita kecuali bernilai jutaan ringgit. Ini adalah uang kita dan kita ingin setiap sennya kembali," ujar Abdul.
Penyelidikan terhadap aset atau kekayaan Jho Low akan terus dilakukan. Abdul memperkirakan dia masih memiliki dan mengendalikan uang bernilai miliaran dolar AS.
"Berdasarkan pernyataannya, dia (Jho Low) mengklaim dia tidak terlibat (dalam kasus 1MDB). Jika ini benar, kembalilah. Saya telah memberi jaminan keselamatannya. Dia pasti bisa mendapatkan pengacara terbaik," kata Abdul.
Hingga kini keberadaan Jho Low masih belum diketahui. Pada Agustus 2018, Jho Low, melalui situs pribadinya, menyangkal terlibat dalam skandal 1MDB. Menurutnya, semua tuduhan yang menyeret namanya dalam kasus korupsi 1MDB keliru. “Biar saya perjelas, saya tidak bersalah,” ujarnya.
Ia meminta semua pihak tak secara serampangan menghakiminya. “Saya hanya meminta agar semua orang, pengadilan, jaksa, dan masyarakat umum, tetap berpikiran terbuka sampai semua bukti terungkap,” ucapnya.
Kasus 1MDB kembali diselidiki saat Mahathir Mohamad terpilih menjadi perdana menteri Malaysia pada pertengahan 2017. Dia memecat jaksa agung dan pejabat komisi anti-korupsi Malaysia yang memiliki hubungan dekat dengan Najib Razak.
Tindakan itu dilakukan karena komisi anti-korupsi Malaysia sebenarnya telah menemukan bukti aliran dana 1MDB sebesar 10,6 juta dolar AS ke rekening pribadi Najib pada akhir 2015. Dana ini tepatnya berasal dari SRC International yang merupakan unit perusahaan 1MDB.
Namun alih-alih menyelidiki, jaksa agung justru mengabaikan hasil temuan tersebut. Jaksa agung bahkan menolak mengeluarkan izin penyelidikan lebih lanjut terhadap Najib.
1MDB adalah sebuah perusahaan pembangunan strategis milik pemerintah Malaysia. 1MDB didirikan dengan tujuan mendorong inisiatif strategis bagi pembangunan ekonomi jangka panjang dengan menjalin kemitraan global dan mempromosikan investasi asing secara langsung.
Pada 2015, sejumlah media massa, satu di antaranya adalah Wall Street Journal, menyebut 1MDB telah digunakan untuk menyedot dana negara ke rekening pribadi Najib Razak yang kala itu masih menjabat sebagai perdana menteri. Kabar ini pun cukup menggemparkan Malaysia. Otoritas berwenang dari setidaknya enam negara, termasuk Amerika Serikat, kemudian turut menyelidiki skandal multimiliar dolar tersebut.