Ahad 19 Jan 2020 11:01 WIB

Pencaplokan Lembah Yordan Bisa Picu Gejolak Timteng

Israel berencana mencaplok Lembah Yordan di Tepi Barat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Lembah Yordan
Foto: Republika
Lembah Yordan

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat mengatakan rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencaplok Lembah Yordan di Tepi Barat berpotensi menimbulkan gejolak di Timur Tengah.

Erekat mengungkapkan, Netanyahu telah mengutarakan niatnya untuk mencaplok Lembah Yordan. Hal itu menjadi salah satu strategi kampanyenya menjelang pemilu Israel pada Maret mendatang. Dengan janji demikian, Netanyahu berharap dapat mempertahankan jabatannya sebagai perdana menteri.

Baca Juga

"Netanyahu akan berkata 'saya mendapatkan Yerusalem, Dataran Tinggi Golan, dan Lembah Yordan, pilih saya'. Konsekuensinya tidak penting, biarkan Timur Tengah terbakar sebagai imbalan atas keberhasilan Netanyahu dalam pemilu," kata Erekat, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA, pada Sabtu (18/1).

Pada masa kampanye tahun lalu, guna melambungkan perolehan suara Likud Party dalam pemilu Israel, Netanyahu mengumbar janji untuk menganeksasi Lembah Yordan dan Laut Mati Utara. Dia pun berjanji mencaplok semua permukiman Israel yang telah dibangun di Tepi Barat.

Rencana Netanyahu itu dikecam keras Liga Arab. Sebab jika Netanyahu kembali terpilih sebagai perdana menteri, kemudian mewujudkan rencananya, potensi perdamaian Palestina dengan Israel kian sempit. Karena Netanyahu juga pernah berujar bahwa dia akan memperjuangkan agar Israel tak menerima solusi dua negara berdasarkan 1967, di mana Yerusalem Timur akan menjadi ibu kota Palestina.

Lembah Yordan, yang merupakan area tanah subur, adalah rumah bagi sekitar 65 ribu warga Palestina. Ia membentuk sekitar 30 persen dari Tepi Barat.

Sejak 1967, Israel telah memindahkan setidaknya 11 ribu warga Yahudi ke Lembah Yordan. Beberapa permukiman mereka dibangun hampir seluruhnya di tanah pribadi warga Palestina.

Saat ini terdapat lebih dari 100 permukiman ilegal Israel di Tepi Barat. Permukiman itu dihuni sekitar 650 ribu warga Yahudi Israel. Masifnya pembangunan permukiman ilegal, termasuk di Yerusalem Timur, dinilai menjadi penghambat terbesar untuk mewujudkan solusi dua negara antara Israel dan Palestina. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement