REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Budaya dan Dakwah Dompet Dhuafa Ahmad Shonhaji, memandang perlunya peningkatan literasi dan edukasi tentang zakat, infak, sedekah (ZIS), dan wakaf kepada masyarakat Muslim. Edukasi tersebut bukan hanya diperlukan untuk kalangan santri, tapi juga anak-anak usia dini.
Misalnya, perlu pendidikan tentang ZIS dan wakaf kepada anak-anak PAUD, SD, hingga SMP. Anak-anak itulah yang akan menjadi calon donatur di masa depan.
"Saya kira juga perlu mendorong para dai melalui MUI agar menyampaikan pesan materi zakat secara kontekstual dan kontemporer," ujar dia dalam Focus Group Discussion yang menjadi rangkaian Kongres Umat Islam VII di kantor MUI, Jakarta, Senin (20/1).
Dompet Dhuafa juga menyadari tentang potensi besar donasi dari kalangan milenial. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan jumlah donatur milenial dari tahun ke tahun. Meski begitu diakui jumlah donasinya belum signifikan.
Senior GM Program and Partnership Managemen dari PKPU Human Initiative Aan Suherlan menilai pengembangan ZIS dan wakaf perlu juga dilakukan di tingkat akar rumput, yakni di masjid. Menurut dia, pengurus-pengurus masjid perlu diberdayakan agar memiliki kemampuan mengelola dana ZIS dan wakaf.
"Masjid juga menjadi sarana transfer informasi yang baik kepada masyarakat. Dan jangan lupa, kita memiliki Forum Zakat, ini bisa menjadi sarana yang paling kuat untuk berkolaborasi," ujar dia.
Berdasarkan studi Pusat Kajian Strategis Baznas (Puskas), total potensi zakat pada 2019 sebesar Rp 335,169 triliun. Dari total itu, sebesar Rp 100 triliun merupakan potensi zakat saham perusahaan di Indonesia.