Rabu 22 Jan 2020 17:31 WIB

Sultan Ajak Anak Muda Tekuni Pertanian

Petani muda di Indonesia sudah semakin menurun.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi petani bawang merah Brebes, Jawa Tengah.
Ilustrasi petani bawang merah Brebes, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengajak kaun milenial untuk tertarik menekuni dunia pertanian. Sebab, petani muda di Indonesia sudah semakin menurun.

Hal tersebut ia katakan saat menerima kunjungan Kelompok Petani Milenial Kreatif-Yogyakarta (Kompak-Yo) Senin (20/01). Dalam pertemuan tersebut, Kompak-Yo menyampaikan konsep dan hasil kunjungan mereka dari Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan.

Baca Juga

Sultan pun berharap, konsep yang disampaikan dapat meningkatkan kompetensi petani di Indonesia. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki dapat terus dibutuhkan pasar kerja ke depannya.

"Harapannya, agar konsep yang diusung bisa link and match dengan petani. Kepentingan petani harus juga bisa diakomodir disamping sudah mempunyai pangsa pasar, maupun konektivitas sendiri," ujarnya di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (20/1).

Petani muda itu pun diminta untuk mengeksplorasi hasil belajar selama berada di Korea Selatan. Nantinya diharapkan dapat diterapkan di DIY dan dapat meningkatkan kompetensi petani.

Wakil Kepala Dinas Pertanian DIY, Sugeng Purwanto juga mengatakan, petani muda di Indonesia terus menurun. Termasuk di DIY yang jumlahnya hanya sekitar 24,7 persen.

"Perlu disadari bahwa jumlah petani muda di Indonesia semakin menurun, khususnya di DIY hanya sekitar 24,7 persen dari sekitar 122 ribuan dari petani yang ada," ujarnya.

Sementara itu, petani dari Jogja Organic, Antoni Kusuma Wardhana mengatakan, pihaknya ingin membuat alur rencana sistem bisnis yang baik. Dengan harapan, kegiatan pertanian di DIY dapat mensejahterakan petaninya.

Bahkan, tidak hanya petaninya saja, masyarakat luas juga diharapkan dapat sejahtera dengan adanya sistem bisnis yang baik. Selain itu, inovasi yang dapat dikembangkan, katanya, yakni dengan adanya integrasi dari pembibitan hingga pemasaran.

"Adanya kolaborasi dari pembibitan, pembuatan pupuk buatan, pengolahan pascapanen, packging-nya, analisis perubahan apa yang bisa dilakukan, sampai dengan distribusinya yang dilakukan dengan pemanfaatan teknologi secara maksimal bisa terintegrasi," kata Antoni.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement