REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah menyatakan bangunan lawas di Kabupaten Klaten bukan bungker.
"Bangunan itu terkait Pabrik Gula Cokro, tembusnya ke Sungai Cokro. Kalau sekarang pabriknya sudah tidak ada, bekas lahannya jadi Pasar Cokro," kata Kepala Unit Candi Sewu BPCB Jawa Tengah Deny Wahju Hidajat di Klaten, Rabu (22/1).
Meski demikian, kata dia, bangunan bawah tanah tersebut masuk sebagai struktur cagar budaya karena seusia dengan pabrik gulanya, yaitu sejak 1800-an.
Mengenai keinginan warga untuk menjadikan bangunan tersebut sebagai objek wisata, pihaknya mendukung. Bahkan, BPCB siap menjadi tempat untuk berkonsultasi warga.
"Yang pasti bangunan itu kan harus dikonservasi karena rawan kerusakan. Di sini kami bersedia untuk jadi tempat konsultasi pelestariannya. Beberapa waktu yang lalu kami sudah ke lokasi untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat, pesannya adalah agar bangunan itu tetap dilestarikan," katanya.
Pihaknya juga siap memberikan pembinaan kepada masyarakat setempat agar ke depan bisa menjadi pemandu wisata bagi para pengunjung. Meski demikian, ia menyayangkan adanya satu lubang baru yang dibuat warga untuk dijadikan sebagai pintu masuk bangunan tersebut.
Menurut dia, lubang tersebut justru merusak keaslian bangunan.
"Tetapi ya kami maklum karena warga kan tidak tahu. Yang penting ke depan jangan sampai ada lubang baru lagi. Nanti jadi kacau, wisatawan nggak mau datang lagi karena wisatawan kan maunya yang asli, terawat, ada daya tarik. Kalau diacak-acak tidak laku dijual," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta warga tetap menjaga kelestariannya. Ke depan, BPCB juga akan melakukan pemantauan secara terjadwal mengingat saat ini proses pengeluaran sedimen lumpur yang ada di dalam bangunan tersebut masih terus berlangsung.
"Intinya jangan ada kerusakan lagi. Ke depan harapan kami bangunan itu tetapi asli, terawat, dan mendatangkan pendapatan untuk masyarakat karena menjadi tambahan destinasi wisata di Cokro," katanya.