REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China meminta kepada warganya menghindari keramaian dan tidak melakukan kontak dengan orang lain di area publik. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan agar wabah virus corona baru tidak meluas.
Penyebaran virus corona terjadi menjelang liburan Tahun Baru Imlek. Biasanya warga China mengisi liburan ini dengan mudik ke kampung halaman atau pergi berlibur bersama keluarga di dalam negeri atau luar negeri.
Wabah ini telah membuat beberapa warga China memilih membatalkan perjalanan mereka. Salah satunya adalah seorang warga Beijing, Zhang Xinyuan yang membatalkan tiket perjalanan liburan keluarga ke Phuket, Thailand. Zhang mengaku khawatir wabah virus corona dapat berkembang luas seperti wabah virus SARS yang terjadi pada 2002.
"Kami akan tinggal di rumah selama liburan. Saya takut karena saya ingat bagaimana SARS terjadi," ujar Zhang.
Seorang warga Beijing lainnya, Fu Ning mengaku takut dengan penyebaran wabah virus corona. Sebab, virus ini belum ditemukan obatnya.
"Saya merasa takut, karena tidak ada obat untuk virus ini. Anda harus mengandalkan kekebalan tubuh Anda jika terinfeksi. Kedengarannya sangat menakutkan," ujar Fu.
Warga China beramai-ramai membeli masker wajah untuk mencegah terkena virus corona. Mereka juga menghindari tempat-tempat umum seperti bioskop dan pusat perbelanjaan. Bahkan beberapa warga China memainkan sebuah permainan simulasi wabah online sebagai cara untuk mengatasinya.
"Cara terbaik menaklukkan rasa takut adalah dengan menghadapi rasa takut," kata seorang warga dalam akun Weibo.
Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional China Li Bin mengatakan, virus itu dapat menyebabkan pneumonia dan hingga kini belum ditemukan vaksin yang efektif untuk mencegahnya. Virus ini disebarkan melalui pernapasan. Gejalanya meliputi demam, batuk dan kesulitan bernapas.
Kepala Program Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan mengatakan, prioritasnya saat ini adalah menemukan akar dan bagaimana virus itu dapat menular antarmanusia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (ECDC) menilai penyebaran virus secara global kemungkinan akan terjadi.
"Kemungkinan impor kasus tertinggi di negara-negara dengan volume terbesar orang yang bepergian ke dan dari Wuhan," kata Direktur ECDC Andrea Ammon dalam sebuah pernyataan.
Sebagian besar bandara global meningkatkan penyaringan kepada para pendatang dari China. Rusia memperkuat kontrol sanitasi dan karantina, sementara Singapura dan Arab Saudi mulai memindai suhu tubuh semua penumpang dari China.