Senin 27 Jan 2020 14:58 WIB

Singapura Hadapi Berita Palsu Merebaknya Virus Corona

Singapura telah melaporkan empat kasus infeksi virus corona.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
 Petugas medis mengenakan pakaian proteksi lengkap di kota Wuhan, China, yang terkena wabah virus Corona.
Foto: chinatopix via AP
Petugas medis mengenakan pakaian proteksi lengkap di kota Wuhan, China, yang terkena wabah virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA — Di saat banyak negara yang berjuang mengatasi virus corona baru asal Wuhan, China yang menyebar dengan cepat, terdapat salah satu kendala yang menyulitkan upaya itu. Bukan mengenai vaksin yang belum ditemukan untuk mengendalikan virus, tetapi laporan-laporan dan berita palsu yang kerap menyebar menjadi masalah signifikan. 

Kementerian Kesehatan Singapura pada Senin (27/1) mengatakan pihaknya telah mengeluarkan arahan koreksi untuk sebuah situs web yang melaporkan berita palsu. Berita itu menyebutkan seorang pria berusia 66 tahun telah meninggal akibat virus corona baru di Singapira. Itu adalah penggunaan terbaru dari hukum berita palsu yang diberlakukan di negara itu, yakni Protection from Online Falsehoods and Manipulation Act (Perlindungan dari Berita Palsu Daring dan Undang-Undang Manipulasi). 

Baca Juga

Dengan adanya langkah tersebut, HardwareZone, yang dioperasikan oleh SPH Magazines, grup media lokal Singapore Press Holdings dilaporkan telah mematuhinya. Pemerintah Singapura juga mengatakan akan mempertimbangkan langkah-langkah mengurangi dampak virus corona baru dari Wuhan pada ekonomi lokal, seperti industri yang terkait dengan pariwisata. 

“Pasti akan dampak pada ekonomi, bisnis, dan kepercayaan konsumen Singapura pada tahun ini, terutama karena situasinya diperkirakan bertahan selama beberapa waktu,” ujar  Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing dilansir Nikkei Asia, Senin (27.1). 

Pemerintah Singapura juga sedang bekerja untuk mengembangkan langkah-langkah dukungan yang diperlukan untuk mengatasi dampak wabah virus corona baru. Hal itu di antaranya adalah menetapkan potongan pajak properti, sehingga bisnis dapat mengurangi biaya dan menghindari kebangkrutan atau penghematan. 

Sejauh ini, Singapura telah melaporkan empat kasus infeksi virus corona baru dan seluruhnya terjadi pada warga negara Cina yang datang dari Wuhan. Meski demikian, tidak ada kematian yang terjadi. 

“Kami  harus mengambil tindakan cepat terhadap kepalsuan seperti itu. Kalau tidak, ada risiko besar bahwa mereka akan menyebar dan menyebabkan kepanikan di antara warga negara,” kata Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura, S Iswaran. 

Sementara itu, Pemerintah China mengatakan akan memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek hingga 2 Februari mendatang, meski sebelumnya ditetapkan selesai pada 30 Januari. Jumlah korban terkait virus corona baru ini dilaporkan telah mencapai 80 orang, dengan lebih dari 2.700 kasus yang dikonfirmasi secara global. 

Taiwan mengatakan Dewan Urusan negara itu telah membuat permintaan ke China melalui Taiwan Strait Exchange Foundation untuk membawa sekitar 300 warganya yang berada di Wuhan. Ada rencana bahwa mereka akan dibawa kembali ke Taiwan menggunakan pesawat sewaan. Meski demikian, sejauh ini belum ada tanggapan dari China. 

Taiwan juga akan memblokir kedatangan warga China dari Provinsi Hubei ke negara itu. Mahasiswa China yang menempuh pendidikan di Taiwan dan sedang berlibur dan kembali ke kampung halaman di Negeri Tirai Bambu juga diminta untuk menunda sementara kembali hingga dua pekan. 

Selain itu, Pemerintah Taiwan juga meminta pasangan asal China yang berada di negara itu setelah melakukan perjalanan dari Provinsi Hubei untuk melakukan karantina sendiri di rumah mereka selama dua pekan. Upaya untuk memblokir masuknya warga China dari Wuhan juga terlihat di sejumlah negara lainnya. 

Di Filipina, pihak berwenang pada Ahad (26/1) memutuskan untuk menghentikan penerbangan  yang menghubungkan pulau Panai dan Wuhan. Namun, penerbangan sewaan untuk sekitar 500 orang China di pulau itu akan diizinkan untuk berangkat pada Senin (27/1) hari ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement