Selasa 28 Jan 2020 13:18 WIB

Siswi SMP di Tasikmalaya yang Meninggal Sering Dirundung

Korban sering dirundung oleh teman-teman sekelasnya diledek tukang 'leupeut'

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Polisi melakukan pemeriksaan di lokasi penemuan mayat perempuan, tepatnya di gorong-gorong depan SMPN 6 Kota Tasikmalaya, Kelurahan Cilembang, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Senin (27/1).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Polisi melakukan pemeriksaan di lokasi penemuan mayat perempuan, tepatnya di gorong-gorong depan SMPN 6 Kota Tasikmalaya, Kelurahan Cilembang, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, Senin (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kematian siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang ditemukan meninggal dunia di depan gorong-gorong sekolahnya masih meninggalkan tanda tanya. Polisi masih terus menyelidiki penyebab kematian korban berinisial DS (13 tahun).

Para siswa SMPN 6 tak ada yang menyangka temannya ditemukan meninggal dalam kondisi mengenaskan. Silvia Handayani (12), salah satu teman dekat sekaligus tetangga korban mengatakan, ia masih sempat bertemu dengan DS pada Kamis (23/12). Mereka berdua keluar gerbang sekolah bersama sekira pukul 15.00 WIB.

"Saat itu hujan, tapi saya tetap maksaain pulang. DS berteduh di toko depan sekolah," kata dia, Selasa (28/1).

Keesokaan harinya, Silvia mendengar kabar jika temannya itu tidak pulang ke rumah. Ia pun bingung, lantaran sahabatnya itu tak biasa main hingga sore, apalagi malam hari. Biasanya, ketika DS itu selalu pulang ke rumah setelah dari sekolah.

Ia mengaku telah berteman dengan korban sejak SD. Ia juga tinggal dekat rumah DS dan sering bermain bersama. Meski tak sekelas, Silvia mengaku temannya itu sering curhat. Menurut dia, korban sering dirundung oleh teman-teman sekelasnya.

"Suka dikatain tukang 'leupeut' (lontong)," kata dia.

Sementara itu, salah satu temannya yang lain, Hasna Aprilia (13) mengatakan, selama ini tak ada yang berbeda dengan kepribadian korban. Korban seperti teman yang lainnya, suka bermain dengannya. Namun, kadang DS lebih pendiam dari teman yang lainnya.

"Orangnya pendiam. Sering dikatain, marah kalau dibilang bau 'leupeut'," kata dia.

Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SMPN 6 Tasikmalaya Saepulloh mengaku tak pernah mendengar adanya perundungan di sekolahnya. Jika ada, menurut dia, itu hanya becandaan para siswa.

"Korban tidak pernah masuk konseling karena tidak ada masalah. Kalau saya memang tak kenal dekat dengan korban. Biasa saja," kata dia.

Ia mengatakan, sekolah mendapat laporan dari keluarganya bahwa korban tidak pulang sejak Kamis. Laporan itu disampaikan langsung oleh ibu korban pada Jumat (24/1). Pihak sekolah juga mengaku telah mencoba melakukan pencarian, bahkan sempat berkomunikasi dengan ayah korban. Karena orang tua korban sudah lama berpisah.

"Setelah dapat laporan lalu bertindak, karena orang tuanya sudah terpisah. Dicari ke ayahnya, menanyakan keberadaannya. Tapi ayahnya menjawab ada," kata dia.

Atas dasar keterangan ayah korban, pihak sekolah pun tak melanjutkan pencarian. Pada Sabtu (25/1), sekolah sempat membuka kamera pengawas (CCTV). Namun dalam rekaman CCTV tak ditemukan sosok korban.

Setelah ayahnya mengonfirmasi keberadaan korban, tak ada kecurigaan dari sekolah. Kecurigaan mulai muncul pada Senin (27/1), ketika ditemukan mayat di depan sekolah. Apalagi, setelah diketahui ciri-ciri korban menggunakan seragam sekolah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement