Senin 03 Feb 2020 15:24 WIB

Harga Cabai Mulai Naik di Tasikmalaya

Komoditas kebutuhan pokok yang harganya naik cukup signifikan adalah cabai.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Pedagang cabai di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Senin (3/2).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Pedagang cabai di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Senin (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Harga kebutuhan pokok mulai mengalami kenaikan di Tasikmalaya. Berdasarkan pantauan Republika ke Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, komoditas kebutuhan pokok yang harganya naik cukup signifikan adalah cabai.

Salah satu pedagang di Pasar Cikurubuk, Eti (49 tahun) mengatakan, jenis cabai yang naiknya paling tinggi adalah cabai rawit domba. Cabai yang biasanya dijual dengan kirasan Rp 50 per kilogram saat ini mencapai Rp 80 ribu per kilogram.

"Yang naiknya paling parah cabai domba. Pembeli juga jadi mengeluh," kata dia, Senin (3/2).

Menurut Eti, cabai domba lebih banyak digunakan untuk bahan pengolah makanan atau jajanan seperti seblak, ayam geprek, atau olahan mie. Karena itu, pembeli umumnya membeli untuk diolah menjadi makanan dan dijual kembali.

Tak hanya cabai domba yang mengalami kenaikan. Cabai merah yang biasanya dijual dengan harga Rp 30-40 ribu juga mulai melonjak menjadi Rp 50-60 ribu per kilogram. Namun, untuk komoditas cabai rawit masih dalam harga standar, yaitu Rp 30 ribu per kilogram.

Meski harga mulai naik, tetapi pasokan cabai di Pasar Cikurubuk masih normal. Ia menduga, kenaikan terjadi karena baru berganti musim dari kemarau ke musim hujan.

"Naiknya baru 3-4 hari ke belakang. Mungkin karena baru memasuki musim hujan," kata dia.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya, Heru Saptaji menilai, kenaikan harga sejumlah komoditas kebutuhan pokok masih dalam taraf wajar. Apalagi, saat ini masih merupakan pergantian musim dari kemarau ke penghujan. Karena itu, ia meminta masyarakat untuk tak perlu khawatir dalam menghadapi kenaikan harga yang terjadi.

"Kalau dalam keadaan tertentu, kalau musim hujan atau kering itu wajar. Tapi kalau ada anomali, kita perlu lakukan intevensi," ujar dia.

Ia mengaku, timnya di lapangan juga sudah memantau kenaikan harga cabai yang mengalami lonjakan dalam beberapa hari terakhir. Tim itu akan mencari tahu penyebab terjadinya kenaikan. Namun, jika diperlukan intervensi, pihaknya akan melakukan operasi pasar.

"Sejauh ini kita lakukan pemantauan. Kita juga memperdalam pemicunya. Nanti kita tetapkan intervensi program apa dari TPID," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement