REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DKI Jakarta mengusulkan pengembangan teknologi informasi dalam pengelolaan maupun gerakan IMM. Hal ini disampaikan pada agenda tahunan, Tanwir IMM, 6-9 Februari 2019, di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"IMM tidak boleh ketinggalan zaman, tidak boleh menjadi organisasi kemahasiswaan yang jadul, IMM harus beradaptasi dengan perkembangan zaman, khususnya perkembangan teknologi informasi guna peningkatan mutu organisasi," ujar Suparman selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) DKI Jakarta pada Sidang Tanwir IMM Ke-28 di Mataram, Jumat (7/2).
Dalam keterangan tertulisnya, Suparman mengusulkan desain pengembangan IMM 4.0 yang menonjolkan penerapan teknologi informasi dalam organisasi.
"Secara sederhana, IMM 4.0 adalah sebuah konsep tata kelola dan konsep gerakan IMM berbasis teknologi informasi. Tujuannya adalah mewujudkan IMM sebagai barometer organisasi kemahasiswaan yang menerapkan teknologi informasi baik dalam pengelolaannya maupun gerakannya," jelas Suparman.
Lebih lanjut, Mahasiswa Program Pascasarjana ITB Ahmad Dahlan ini menjelaskan ada dua hal yang menjadi dasar dari pengembangan ini. Pertama, perkembangan teknologi informasi. Kedua, hadirnya generasi millenial sebagai kader IMM.
"Perkembangan teknologi informasi saat ini harus kita respon dan dikembangkan dalam organisasi kita. Selain itu, generasi millenial hari ini yang menjadi kader IMM harus dioptimalkan dan dimaksimalkan potensinya dalam membangun gerakan IMM. Mereka itu paham dan mampu membuat gerakan menjadi viral," ujar Suparman.
Suparman menyampaikan IMM 4.0 memiliki 4 fokus pengembangan. Pertama, pengembangan organisasi berbasis teknologi informasi.
"DPP IMM sudah memulai dengan membangun sistem database yaitu Alkindi 1.0. Ini harus diikuti dengan pengembangan-pengembangan sistem lainnya. Misalnya membangun sistem E-Training, E-Learning, E-Office, Marketplace, dan lain sebagainya. Nah, melalui sistem-sistem ini, agenda Internasional Ikatan yang dimiliki DPP IMM dalam rangka mengembangkan dakwah Islam Berkemajuan misalnya, itu bisa dilakukan dengan efisien," kata Suparman.
Kedua, peningkatkan budaya akademisi berbasis pada gerakan literasi. Suparman menuturkan, intelektualitas sebagai kompetensi dasar kader IMM tentu harus membudaya dan salah satunya upayanya bisa melalui peningkatan literasi kader. Dalam konteks pengembangan organisasi berbasis teknologi informasi, peningkatan literasi ini dapat dilakukan dan dimulai dengan menyediakan media atau saluran karya tulis kader. Misalnya membuat Open Journal System (OJS) dan Repository Online.
Ketiga, peningkatan daya saing kader IMM. Mahasiswa Program Pascasarjana ITB Ahmad Dahlan ini mengatakan bahwa peningkatkan kualitas atau daya saing kader sebetulnya sudah dimulai DPP IMM hari ini dengan membuat program Djazman English Scholarship (DES) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing kader.
"Program lainnya yang harus dilakukan DPP IMM guna meningkatkan daya saing kader di sisa periode ini yaitu perbaikan dan peningkatan mutu sistem pendidikan dan pelatihan. Kita harus melakukan peninjauan kembali dan memastikan sistem perkaderan ikatan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini sangat penting dilakukan dalam pengembangan IMM 4.0 dan juga membekali kader untuk bisa menjawab tantangan zaman," tambahnya.
Keempat, Digitalisasi Gerakan Sosial. Suparman berharap IMM ke depan memiliki fundraising platform sebagai gerakan filantropi IMM yang manfaatnya bukan saja dirasakan oleh IMM, tetapi juga oleh masyarakat umum.
"Gerakan sosial dan pemberdayaan IMM harus dikembangkan seiring hadirnya teknologi informasi. Melalui platform ini, IMM bisa menghimpun dana kapanpun dari masyarakat dan disalurkan kapanpun untuk masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, platform ini juga menegaskan kontribusi IMM untuk masyarakat," tutupnya.