REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Direksi Bank Lampung menepis isu yang beredar di media massa akan mengalami bangkrut atau turun peringkat pada tahun ini. Kinerja Bank Lampung justru selama tiga tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang positif.
“Kami terus memantau pemberitaan, tapi pada saat itu perusahaan ini belum diaudit. Sekarang kewajiban kami melaporkan kondisi keuangan yang telah diaudit, artinya kami sudah selesai dengan angka-angka ini,” kata Dirut Bank Lampung Eria Desomsoni di Bandar Lampung, Senin (10/2).
Menurut dia, selama isu itu beredar direksi tidak dapat membantah sebelum ada keluar hasil audit dengan angka-angka yang jelas. Dengan angka-angka yang telah diaudit tersebut, masyarakat dapat menilai apakah Bank Lampung bangkrut atau tidak.
Dikatakan Eria, saat ini, masih berlangsung pembahasan jajaran direksi dengan Pansus DPRD Lampung terkait kinerja bank milik Pemprov Lampung tersebut. Dari rekomendasi pansus, dia mengakui, masih perlu dibenahi tiga hal yakni manajemen, sumber daya manusia, dan teknologi.
Menurut dia, tiga masalah yang masih dihadapi PT Bank Lampung tersebut sudah terjadi sejak bebeapa tahun silam sebelum ia menjabat dirut. Masalah manajemen di antaranya komposisi jajara direksi, pengisian formasi di bidang tertentu, dan juga masalah teknologi yang dimiliki Bank Lampung masih jauh tertinggal dengan bank lain.
Watoni Nurdin, ketua Pansus Bank Lampung mengatakan, penjelasan Bank Lampung harus dikonfrontasi dengan berbagai pihak termasuk BPK terkait hasil audit keuangan Bank Lampung terkait pengucuran kredit yang dinilai tanpa prinsip kehati-hatian, yang dikhawatirkan terjadi kredit macet.
Menurut dia, temuan BPK memang belum ada kerugian, namun bila tetap dibiarkan prinsip pengucuran kredit tanpa kehati-hatian akan berdampak kerugian. Dalam praktiknya, pengucuran kredit ke beberapa nasabah dan perusahaan dengan jumlah dan agunan tidak bersesuaian, sehingga bila terjadi kredit macet, nilai agunan tidak sesuai.
Dalam kinerjanya, Bank Lampung mencatat pertumbuhan positif pada tahun 2019. Hal itu terlihat dari raihan laba bersih sebesar Rp 149.779.984.571 atau tumbuh 12 persen persen year on year (yoy). Total aset yang dibukukan sebesar Rp 7.972.989.597.860 dari semula Rp 7.348.167.382.969 atau tumbuh 8,50 persen persen yoy.
Selain itu, Dana Pihak ketiga (DPK) berhasil dihimpun sebesar Rp 5.765.034.042.083 mengalami pertumbuhan 24,49 persen yoy. Jumlah ini didorong pertumbuhan dana murah, sehingga CASA Rasio naik 0,52 persen menjadi 59,26 persen.
Sedangkan net interest income berhasil tumbuh menjadi 5,21 persen yoy dan fee based income berhasil tumbuh sebesar 200,78 persen yoy. Sebagai lembaga perbankan yang menjalankan intermediasi, Bank Lampung juga berhasil mencatat pertumbuhan kredit yang cukup baik yakni mencapai Rp 5.173.880.618 atau berhasil tumbuh sebesar 13,51 persen yoy.
Dia mengatakan, kualitas kredit juga berhasil dijaga dengan baik dengan rasio NPL 0,89 persen, lebih baik di banding rasio NPL industri perbankan yang sebesar 2,7 persen. Bank Lampung mengembangkan produk dan layanan kredit, agen laku pandai yang dapat diakses masyarakat pedesaan.
Untuk mendorong pertumbuhan fee based income, Bank Lampung melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah se-Lampung dengan mengembangkan Program Pemda Online yang memudahkan pembayaran gaji bagi ASN dan kewajibannya. Menggalang kolaborasi dengan Kantor Samsat Lampung melalui inovasi program pembayaran pajak kendaraan bermotor (e-Samsat dan Samolnas).
“Kami siap dan optimis dalam memberikan dan menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi di tahun 2020, kepada nasabah Bank Lampung dalam mengembangkan bisnis perbankan yang lebih baik,” katanya.