REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu pada Januari 2020 mengalami penurunan dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, penyakit yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti itu harus tetap diwaspadai mengingat kondisi cuaca saat ini yang tidak menentu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara, menyebutkan, sepanjang Januari 2020, kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Indramayu tercatat ada 25 kasus. Sedangkan kasus DBD pada Januari 2019, tercatat ada 28 kasus.
‘’Pada Januari ini, tidak ada korban yang meninggal akibat DBD,’’ ujar Deden, Selasa (11/2).
Deden mengatakan, meski kasus DBD pada Januari 2020 mengalami penurunan dibandingkan Januari 2019, namun pihaknya tetap mewaspadai penyebaran penyakit tersebut. Pasalnya, hujan yang tak menentu seperti saat ini kerap menimbulkan genangan air yang menjadi sarang bertelurnya nyamuk Aedes aegypti.
Untuk itu, Deden pun mengimbau masyarakat untuk terus melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M Plus. Yakni, mengubur, menguras dan menutup tempat penampungan air, serta pembubuhan bubuk abate.
Deden menilai, kegiatan PSN jauh lebih efektif dibandingkan fogging. Pasalnya, fogging hanya bisa membasmi nyamuk dewasa. Sedangkan larva nyamuknya tak bisa mati dan akan terus melanjutkan siklus DBD.
Selain itu, dengan melakukan fogging, maka sama artinya dengan menyemprotkan polutan ke lingkungan. Hal tersebut akan menimbulkan masalah kesehatan lingkungan bagi masyarakat.
Terpisah, Humas RS PMC Sindang, Kabupaten Indramayu, Vita Novinovarita, menjelaskan, sepanjang Januari 2020, pihaknya belum menerima satupun pasien DBD.
‘’Untuk saat ini, kebanyakan pasien tipes,’’ tandas Vita.