Rabu 12 Feb 2020 02:00 WIB

Tembakan Massal Ungkap Kelemahan Keamanan Militer Thailand

Pelaku penembakan massal Thailand mencuri senjata dari pangkalan militer.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Polisi Thailand melakukan olah tempat kejadian perkara insiden penembakan di Mal Terminal 21 Korat, Nakhon Ratchasima, Thailand, Ahad (9/2).
Foto: AP/Sakchai Lalitkanjanakul
Polisi Thailand melakukan olah tempat kejadian perkara insiden penembakan di Mal Terminal 21 Korat, Nakhon Ratchasima, Thailand, Ahad (9/2).

REPUBLIKA.CO.ID, NAKHON RATCHASIMA -- Penembakan massal di Thailand masih membawa misteri tentang kekuatan keamanan militer. Mayor Jakrapanth Thomma sebagai aktor dari peristiwa yang membunuh 29 orang itu berhasil mencuri senjata dari pangkalan militer.

Peneliti senjata Michael Picard menyatakan terjadinya pencurian yang berakibat fatal tersebut menunjukan tingkat kendali gudang senjata di pangkalan tidak memadai. Baik dalam tenaga kerja dan akses gudang senjata menunjukkan kelemahan.

Baca Juga

"Bahwa tingkat kendali atas gudang senjata pangkalan ini sangat tidak memadai dalam hal tenaga kerja dan pembatasan akses," kata direktur penelitian GunPolicy.org ini.

Peristiwa tersebut sebenarnya bertepatan dengan beberapa pekan lalu komandan militer Thailand berbicara keras telah memerintahkan semua unit tentara untuk mengurus persenjataan mereka. Dikutip dari The Bangkok Post, Jenderal Apirat Kongsompong memerintahkan senjata harus dijaga dengan baik dan siap digunakan.

"Tidak akan pernah membiarkan orang yang berpikiran jahat mencuri mereka," ujar Jendral Kongsompong merujuk pada lawan politik pemerintah, yang dipimpin oleh mantan komandan tentara Prayuth Chan-ocha.

Menurut perwira junior dari unit Jakrapanth untuk latihan target unitnya penembak harus melewati tentara yang menjaga gudang senjata kecil untuk mengambil senjata dan amunisi. Bahkan, dalam banyak kasus sebelumnya, senjata diam-diam diambil oleh pejabat korup dari fasilitas polisi dan tentara.

Jakrapanth berhasil menyambar tiga senapan serbu dan dua senapan mesin dari pangkalan dan melarikan diri dengan kendaraan militer curian. Penyerang kemudian menuju ke pusat perbelanjaan dengan sepanjang jalan dia melakukan tembakan. Dia pun dapat menahan pasukan keamanan selama hampir 16 jam dengan bersembunyi di pusat perbelanjaan.

Beberapa orang telah mengkritik berjam-jam untuk pasukan keamanan Thailand mengakhiri pengepungan di mal. Ada pula yang meragukan pernyataan Perdana Menteri Prayuth yang menyatakan bahwa pasukan keamanan tidak membunuh siapapun.

Khunpol Khanpakwan salah satu korban yang selamat meragukan klaim tersebut. Dia bertanya-tanya jaminan tersebut, sedangkan pasukan militer melindungi perangkat militernya saja tidak mampu, dan membutuhkan waktu lama menghentikan seorang pria bersenjata sendirian.

"Bagaimana mungkin pihak berwenang membiarkan pelakunya berlarian membunuh orang-orang di sekitar kota? Hanya satu orang," kata Khanpakwan.

Analis keamanan Anthony Davis mengatakan masih terlalu dini untuk menilai tanggapan terhadap pengepungan. "Pada akhirnya, Anda memiliki seorang pria militer profesional dengan persediaan amunisi besar yang bersembunyi di sebuah bangunan yang sangat besar dengan gagasan yang tidak jelas tentang berapa banyak orang yang berada dalam jangkauannya," katanya.

Davis menyatakan, dibutuhkan waktu lama untuk mengurai masalah tersebut. Militer pun tidak bisa mengambil risiko menyerbu dan membunuh banyak orang karena kejadian tersebut berada di dalam gedung yang besar. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement