Jumat 07 Oct 2022 16:36 WIB

Pemerintah Thailand Kibarkan Bendera Setengah Tiang Hormati Korban Penembakan Massal

Sebanyak 23 anak dengan rentang usia dua hingga lima tahun tewas dalam serangan itu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Penembakan. Gedung-gedung pemerintah Thailand pada Jumat (7/10/2022) mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati 37 korban yang tewas dalam penembakan massal di Kota Uthai Sawan.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Penembakan. Gedung-gedung pemerintah Thailand pada Jumat (7/10/2022) mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati 37 korban yang tewas dalam penembakan massal di Kota Uthai Sawan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Gedung-gedung pemerintah Thailand pada Jumat (7/10/2022) mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati 37 korban yang tewas dalam penembakan massal di Kota Uthai Sawan. Penembakan massal terjadi di fasilitas penitipan anak. Sebanyak 23 anak-anak dengan rentang usia dua tahun hingga lima tahun tewas dalam serangan tersebut. 

Polisi mengidentifikasi pelaku penembakan sebagai Panya Khamrap, (34 tahun). Pelaku merupakan mantan sersan polisi yang dipecat karena tuduhan narkoba. Dia sedang menghadapi persidangan atas tuduhan narkoba.

Baca Juga

Juru bicara polisi Paisal Luesomboon mengatakan kepada televisi ThaiPBS, Panya pergi ke pusat penitipan anak untuk menjemput anaknya setelah menghadiri pengadilan pada hari sebelumnya. Namun dia tidak menemukan anaknya di tempat penitipan itu. Dia kemudian mulai melakukan penembakan. 

"Dia mulai menembak, menebas, dan membunuh anak-anak," kata seorang pejabat polisi setempat, Paisal Chakkraphat Wichitvaidya kepada Reuters.

Hasil otopsi menunjukkan, anak-anak telah disayat dengan pisau besar. Sementara guru dan penjaga tempat penitipan tewas ditembak. Paisal mengatakan polisi sedang menyelidiki motif pelaku. Namun polisi mencurigai bahwa, tindakan Panya mungkin dipicu oleh stres. Ibu pelaku mengatakan, anaknya berada dalam tekanan karena terlilit utang dan terjerat narkoba

"Saya tidak tahu (mengapa dia melakukan ini), tetapi dia berada di bawah banyak tekanan," kata ibu Panya kepada Nation TV.

Foto-foto yang diambil di pusat penitipan anak menunjukkan, anak-anak yang tewas dibalut dengan selimut. Sementara kotak jus tampak berserakan di lantai.

"Dia menuju ke arah saya dan saya memohon belas kasihan kepadanya, saya tidak tahu harus berbuat apa," kata kesaksian seorang wanita kepada ThaiPBS, sambil menahan air mata.

"Dia tidak mengatakan apa-apa, dia menembak ke pintu ketika anak-anak sedang tidur," kata kesaksian wanita lainnya.

Pelaku memaksa masuk ke ruangan terkunci, yaitu tempat anak-anak sedang tidur. Polisi mengatakan, tiga anak laki-laki dan seorang perempuan yang selamat dari serangan itu dirawat di rumah sakit. 

Undang-undang senjata di Thailand sangat ketat. Tetapi kepemilikan senjata tinggi dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Pembantaian massal di Thailand ini termasuk yang terburuk, dengan korban anak-anak.

Penembakan massal yang menewaskan anak-anak sebelumnya terjadi pada 2011 di Norwegia. Anders Breivik membunuh 69 remaja di sebuah kamp musim panas di Norwegia.

Sementara dalam kasus lainnya, sebanyak 20 anak di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown Connecticut tewas dalam serangan massal pada 2012, dan 16 anak tewas di Dunblane di Skotlandia pada 1996. Tragesi penembakan yang baru saja terjadi yaitu di sebuah sekolah dasar di Uvalde, Texas, yang menewaskan 19 anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement