Rabu 12 Feb 2020 15:37 WIB

206 Warga di Kupang Dirawat karena Demam Berdarah

Sebanyak tiga warga meninggal akibat demam berdarah di Kupang.

206 Warga di Kupang Dirawat karena Demam Berdarah. Seorang anak berusia tiga tahun penderita demam berdarah dangue (DBD) sedang dirawat di salah satu ruangan di RSUD Prof WZ Johanes di Kota Kupang, NTT.
Foto: Antara/Kornelis Kaha
206 Warga di Kupang Dirawat karena Demam Berdarah. Seorang anak berusia tiga tahun penderita demam berdarah dangue (DBD) sedang dirawat di salah satu ruangan di RSUD Prof WZ Johanes di Kota Kupang, NTT.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur Retnowati mengatakan 206 warga daerah itu dirawat akibat demam berdarah dengue (DBD) pada Januari hingga Februari 2020.

"Sampai saat ini sudah ada 206 kasus DBD dan tiga orang meninggal di kota Kupang. Kasus serangan penyakit DBD pada 2020 ini masih tergolong rendah apabila dibandingkan pada periode yang sama pada 2019 yang mencapai 400 kasus," katanya kepada wartawan di Kupang, Rabu (12/2).

Baca Juga

Retnowati mengatakan hal itu terkait penanganan kasus DBD yang terjadi di Kota Kupang. Ia mengatakan 51 kelurahan di Kota Kupang telah memiliki kasus DBD dan Kecamatan Maulafa memiliki jumlah kasus DBD yang paling banyak dan tiga orang meninggal akibat DBD.

"Kecamatan Maulafa menjadi daerah yang memiliki kasus DBD tertinggi di Kota Kupang," katanya.

Menurut dia, tiga pasien DBD yang meninggal dunia merupakan pasien yang ditangani dokter spesialis sehingga tidak tercatat sebagai pasien pada puskesmas di Kota Kupang. "Apabila ketiganya melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas maka dapat dipastikan akan dilakukan pemeriksaan darah, namun karena ketiganya ditangani dokter spesialis sehingga tidak tercatat pada Puskesmas Kota Kupang. Sampai saat ini tidak ada pasien DBD yang dirawat di puskesmas yang meninggal dunia," kata Retnowati.

Dinkes Kota Kupang telah menerjunkan 250 orang mahasiswa dari sejumlah lembaga pendidikan tinggi di Kota Kupang untuk membantu membagikan serbuk abate kepada warga Kota Kupang dalam mencegah serangan penyakit DBD. Namun, masih ditemukan ada warga yang menolak menaburkan abate dalam tampungan air.

"Masih ditemukan ada warga di Kota Kupang yang menolak menaburkan abate dengan alasan akan mencemari air yang akan dikonsumsi sehingga petugas kami tidak melakukan abatisasi terhadap sejumlah rumah warga," katanya.

Pemerintah di 51 kelurahan Kota Kupang terus mendorong warga setempat melakukan kerja bakti membersihkan sarang nyamuk sebagai upaya mencegah berkembangnya nyamuk Aedes aegypti yang menjadi pemicu terjadinya penyakit demam berdarah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement