Kamis 13 Feb 2020 12:11 WIB

Lonjakan Penderita Corona dari Metode Diagnosa Baru

Hari ini angka penderita corona harian di China naik dua kali lipat.

Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. China mencatat peningkatan jumlah pasien pascapenggunaan metode diagnosa baru.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. China mencatat peningkatan jumlah pasien pascapenggunaan metode diagnosa baru.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Antara

Jumlah korban meninggal akibat wabah virus corona di Provinsi Hubei China kembali mencetak rekor harian pada Kamis (12/2). Angkanya sebanyak 242 orang, menjadikan jumlah total kematian di provinsi tersebut mencapai 1.310, kata komisi kesehatan provinsi.

Baca Juga

Angka terbaru itu meningkat dua kali lipat dari rekor harian sebelumnya pada Senin (10/2), yaitu 103 kematian. Jumlah pengidap baru di Hubei, pusat wabah virus Covid-19 itu juga naik 14.840 orang ketika komisi kesehatan mengatakan angkat itu sudah mulai mencakup orang-orang yang didiagnosis melalui metode klinis baru yang diterapkan sejak Kamis.

Komisi mengatakan telah merevisi data lama dan kasus terduga. Jumlah kematian terbaru itu mencakup lebih dari 100 kasus yang didiagnosis secara klinis.

Media pemerintah pekan lalu melansir bahwa Hubei akan mulai mengakui hasil pemindaian tomografi melalui komputer untuk memastikan infeksi. Langkah itu memungkinkan pihak rumah sakit bisa lebih cepat mengisolasi pasien.

Reuters bulan lalu melaporkan bahwa keterbatasan alat uji RNA di Ibu Kota Provinsi Hubei, Wuhan, mungkin telah menunda pasien untuk menjalani diagnosis dan mendapat perawatan tepat. Sehingga berkontribusi terhadap penyebaran virus dalam beberapa hari pertama wabah Covid-19.

Jumlah total kasus virus corona di Provinsi Hubei kini mencapai 48.206, menurut data komisi, dikutip dari Reuters.

Komisi Kesehatan Huberi mengatakan dalam pernyataan, dikutip dari SCMP, telah mengubah kriteria diagnosa yang digunakan untuk mengonfirmasi kasus corona. Perubahan diagnosa dilakukan sejak Kamis (12/2), yang artinya dokter kini memiliki diskresi lebih luas untuk menentukan pasien mana yang telah terinfeksi.

"Sejak saat ini, kami akan memasukkan angka pasien yang didiagnosa secara klinis ke angka pasien yang terkonfirmasi, jadi pasien bisa segera diobati," ujar pejabat kesehatan. Sebelumnya, pasien hanya bisa didiagnosa dengan alat tes yang pasokannya mulai menipis di China.

Hubei sebelumnya hanya mengizinkan konfirmasi infeksi dengan tes RNA yang dapat memakan waktu berhari-hari untuk memproses dan menunda pengobatan. RNA atau asam ribonukleat ini membawa informasi genetik yang memungkinkan identifikasi organisme seperti virus.

Dengan menggunakan metodologi baru seperti CT scan akan mengungkap infeksi paru-paru hingga membantu pasien menerima pengobatan sesegera mungkin. Cara ini pun dapat meningkatkan peluang pemulihan lebih besar.

Pakar kesehatan Tong Zhaohui, mengatakan langkah tersebut sejalan dengan panduan terbaru yang dikeluarkan Komisi Kesehatan Nasional untuk memasukkan diagnosa klinis, menggunakan CT scan dan tes lain. "Ketika dokter mendiagnosa pneumonia, mereka cuma isa mendapatkan etiologi penyakit 20-30 persen saja. Kami harus mengandalkan diagnosa klinis 70-80 persen. Meningkatkan kasus diagnosa klinis akan membantu kami menentukan kondisi penyakit," katanya.

Spesialis politik China di Sekolah Kebijakan & Strategi Global di UC San Diego, Victor Shih, menyatakan lompatan mendadak dalam kasus-kasus baru menimbulkan pertanyaan tentang komitmen China terhadap transparansi. "Penyesuaian data hari ini membuktikan tanpa keraguan bahwa mereka telah memiliki dua digit angka untuk dikonfirmasi terinfeksi selama ini," katanya.

Shih mengatakan, kalau bukan itu masalahnya, pemerintah tidak mungkin menambahkan begitu banyak kasus baru dalam satu hari. "Aspek yang sangat mengganggu dari jumlah baru hari ini adalah bahwa sebagian besar kasus baru terjadi di Wuhan, tetapi bagaimana jika sisa dari Provinsi Hubei masih tidak menyesuaikan metode pelaporan mereka?" katanya, dikutip Reuters.

China agaknya berupaya untuk meyakinkan dunia mengenai kemampuannya menangani penyebaran corona. Presiden China Xi Jinping telah menelepon Presiden Joko Widodo, Selasa (11/2), menyampaikan keyakinannya mampu berperang melawan corona.

 Xi menyampaikan apresiasinya atas kepercayaan dan pengertian Indonesia sebagai negara sahabat. Menurut Xi dikutip media resmi setempat, sebagai sesama negara berkembang, China dan Indonesia, harus bergandengan tangan memikul tanggung jawab bersama demi mencapai kemajuan yang baru.

Menurut Sekretaris Jenderal Partai Komunis China (CPC) itu, pihaknya siap terus melanjutkan persahabatan tradisional dengan Indonesia, terus memperdalam sinergi strategi pembangunan kedua belah pihak, dan mengimplementasikan proyek-proyek utama dalam kerangka Prakarsa Sabuk Jalan (BRI), terutama proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Xi menekankan bahwa pihaknya sekarang sedang memprioritaskan perlawanan terhadap epidemi dengan mengobarkan semangat rakyatnya dalam pencegahan dan pengendalian epidemi, melakukan langkah-langkah pencegahan secara ketat, dan menyeluruh untuk mendapatkan hasil positif.

Presiden Jokowi atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia menyampaikan simpatinya kepada pemerintah dan rakyat China dalam mengatasi wabah itu. Menurut dia, Indonesia telah memberikan bantuan medis ke China akan terus menawarkan bantuan yang diperlukan pihak China.

Data keseluruhan mencatat, sudah terjadi 60 ribu kasus positif corona. Data tersebut diambil dari jumlah penderita seluruh dunia, dengan penderita di China daratan saja sebanyak 59.539. Dari total penderita, sebanyak 5.680 di antaranya dinyatakan telah pulih.

photo
Infografis Virus Corona

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement