REPUBLIKA.CO.ID, Setiap manusia yang beriman pasti menginginkan kebahagian dan kesuksesan hidup dalam kehidupannya, dunia dan akhirat. Pemimpin umat, Rasulullah SAW, memberi kiat yang sangat sederhana untuk meraihnya. Bukan dengan gelimang harta, memperoleh jabatan tinggi, atau beristri perempuan tercantik. Namun hanya tiga hal saja.
Pertama, memelihara lidah dari mengucapkan hal-hal yang tidak dibolehkan Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, peranan lidah sangatlah menentukan. Betapa bahayanya lidah bila dipergunakan untuk yang tidak baik, misalnya berdusta, memfitnah, dan sebagainya. Karena itu, lidah sangat potensial untuk membahagiakan atau membuat orang menderita.
Demikian pentingnya kedudukan lidah, maka Islam menginginkan masing-masing kita menjaga ucapannya dan mengarahkannya kepada hal-hal yang positif serta baik. Hadits Nabi SAW, ''Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata yang baik atau diam.'' (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, berlapang-lapang di dalam rumah, artinya bagaimana rumah bisa dijadikan perisai dalam menghadapi berbagai godaan dan gangguan. Memfungsikan rumah sebagai tempat membina keluarga bahagia, tempat beribadah, beramal, berukhuwah, dan membina masa depan keluarga. Rumah juga merupakan 'madrasah' pertama.
Perlu diingat, harapan tersebut sulit diwujudkan bila keadaan dan situasi rumah jauh dari suasana Islami. Hanya sinar iman dalam keluargalah yang akan membuat rumah itu tenang dan damai.
Ketiga, menangisi kesalahan, perbuatan dosa atau pelanggaran terhadap hukum akan membuat hati seseorang tidak tenang. Semakin banyak berbuat kesalahan, hidup akan semakin tidak nyaman. Karena itu, ''menangisi'' kesalahan, yaitu bertobat dengan sepenuh hati, adalah utama.
Di dalam Alquran banyak sekali perintah agar setiap kita selalu bertobat kepada Allah dari berbagai perbuatan dosa. Firman-Nya, ''...bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung...'' (An-Nur [24]: 31)
Demikian sederhana kunci kebahagiaan yang diberikan Rasulullah pada kita, namun sarat makna. Anda tak perlu mempunyai deposito miliaran rupiah, atau apartemen mewah di jantung kota untuk bahagia. Kunci kebahagiaan itu sudah ada di dada masing-masing kita, tinggal bagaimana kita menggali dan menghadirkannya setiap waktu.