REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM-- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti sikap dan tindakan intoleransi yang marak terjadi beberapa waktu terakhir ini. Ma'ruf menerangkan, intoleransi terjadi baik antara satu agama ke agama lain maupun dalam satu agama karena perbedaan pandangan atau tafsir sudah menyebar di masyarakat.
"Kasus-kasus intoleransi yang muncul mulai dari pelarangan pendirian rumah ibadah, pelarangan terhadap ritual, pengajian, khutbah, atau bentuk intoleransi lainnya terhadap agama atau keyakinan yang berbeda," ujar Ma'ruf saat memberikan kuliah umum 'Penangkalan Radikal Terorisme' di depan mahasiswa Universitas Mataram, NTB, Rabu (19/2).
Tak hanya itu, Ma'ruf juga menyesalkan praktik intoleransi sudah sampai pada sikap tidak mau bersahabat, duduk bersebelahan atau melakukan aktivitas bisnis dengan kelompok atau individu yang berbeda agama atau keyakinan. Ia pun khawatir jika intoleransi ini dibiarkan akan berbahaya dan merusak keutuhan bangsa Indonesia.
Sebab, negara kesatuan Republika didirikan atas kesepakatan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku, agama dan ras. Para pendiri negara ini juga kata Ma'ruf, bersepakat untuk mendirikan sebuah negara yang mengakomodasi dan menjamin kemajemukan tersebut. Karena itu, sudah semestinya toleransi dan kerukunan menjadi sikap semua bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam konstitusi.
"Intoleransi terhadap kepercayaan lain adalah pelanggaran terhadap konstitusi. Konstitusi kita menjamin hak kebebasan beragama, dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 ayat (2)," ujarnya.
Di hadapan sivitas akademika Universitas Mataram, Ma'ruf juga mengingatkan agar lembaga pendidikan tinggi lebih banyak menyampaikan narasi tentang toleransi maupun kerukunan, sebagai upaya menangkal radikalisme dan terorisme sejak hulu. Sebab, Wapres mengungkap, sikap intoleransi menjadi salah satu unsur berkembangnya radikal terorisme.
"Saya harapkan kampus ini dapat menyampaikan lebih banyak narasi tentang toleransi atau kerukunan, sikap cinta kepada sesama, nasionalisme, patriotisme dan bela negara," ujar Wapres.