Kamis 20 Feb 2020 11:35 WIB

Wapres Singgung Peran Dai Tekan Tingginya Stunting di NTB

Dalam dakwahnya, para dai diharapkan ikut menyosialisasikan pencegahan stunting.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus Yulianto
Wakil Presiden Maruf Amin melakukan olahraga pagi di sekitar kawasan ekonomi khusus (KEK) wisata Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Kamis (20/2).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Maruf Amin melakukan olahraga pagi di sekitar kawasan ekonomi khusus (KEK) wisata Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Kamis (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menekankan pentingnya peran ulama maupun dai dalam menekan angka stunting (anak kerdil). Ma'ruf menilai, peran dai sebagai pemberi syiar kepada masyarakat dianggap tepat untuk menyosialisasikan pentingnya masyarakat mencegah anaknya tumbuh kerdil dengan menjaga 1.000 hari kehidupan sejak di kandungan.

Itu disampaikan Ma'ruf saat meninjau pelibatan dai kesehatan dalam percepatan penurunan angka stunting Provinsi NTB di Bazar Mandalika, Lombok Tengah, Kamis (20/2).

Menurut Ma'ruf, keterlibatan dai di NTB, secara khusus, diperlukan untuk mendukung upaya Pemerintah pusat maupum daerah menekan angka stunting di NTB yang masih sekitar 33 persen atau jauh di atas angka nasional 27 persen. Sementara, Pemerintah menargetkan angka stunting bisa ditekan hingga 14 persen sampai 2024 mendatang.

"Saya optimistis bahwa d NTB stunting akan bisa dicapai 2024 harus tercapai sampai 14 persen. itu harapan saya, dan para kiai juga harus ikut ambil bagian, memberikan penjelasan kepada masyarakat," ujar Ma'ruf.

Ma'ruf mengingatkan, selain bagian dari upaya Pemerintah, pencegahan stunting juga dianjurkan oleh agama. Ma'ruf menerangkan, dalam Alquran ada perintah bahwa tidak boleh membiarkan generasi menjadi lemah, seperti stunting.

"Jangan sampai di belakang mereka meninggalkan anak-anak yang lemah, lemah apanya? lemah kesehatan, lemah akidahnya, lemah ekonominya, lemah pendidikannya, lemah kesehatannya," ujar Ma'ruf.

Karena itu, dalam dakwahnya, para dai diharapkan ikut menyosialisasikan langkah pencegahan stunting dimulai sejak pranikah, menikah hingga 1000 hari kehidupan pertama.

"Sebelum nikah, pranikah itu harus tau bgmn caranya menjaga kehamilan, menjaga anak sampai seterusnya supaya anak sehat," ujarnya.

Sebelumnya, dalam kunjungan kerja hari pertama di NTB, Wapres mengingatkan Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah untuk menurunkan angka kemiskinan dan anak stunting di NTB. Wapres menerangkan, angka kemiskinan di NTB saat ini masih di atas rata-rata nasional yakni 9,6 persen.

"Ternyata stunting di NTB masih di atas nasional 33 persen lebih. Karena itu harus kita tekan, jangan sampai anak-anak kita menjadi anak-anak yang terkena stunting, anak-anak yang kerdil," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement