Kamis 20 Feb 2020 16:20 WIB

In Picture: Sosialisasi Bijak Mengonsumsi SKM Muslimat NU

.

Rep: Wihdan Hidayat/ Red: Yogi Ardhi

Sosialisasi Bijak Mengonsumsi SKM. Juri dari Muslimat NU menilai aneka kue dari susu kental manis (SKM) saat sosialisasi bijak mengonsumsi SKM di Yogyakarta, Kamis (20/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

Sosialisasi Bijak Mengonsumsi SKM. Juri dari Muslimat NU menilai aneka kue dari susu kental manis (SKM) saat sosialisasi bijak mengonsumsi SKM di Yogyakarta, Kamis (20/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

Sosialisasi Bijak Mengonsumsi SKM. Juri dari Muslimat NU menilai aneka kue dari susu kental manis (SKM) saat sosialisasi bijak mengonsumsi SKM di Yogyakarta, Kamis (20/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

Sosialisasi Bijak Mengonsumsi SKM. Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat menyampaikan paparan terkait susu kental manis (SKM) bersama Muslimat NU di Yogyakarta, Kamis (20/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

Sosialisasi Bijak Mengonsumsi SKM. Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat menyampaikan paparan terkait susu kental manis (SKM) bersama Muslimat NU di Yogyakarta, Kamis (20/2). (FOTO : Wihdan Hidayat/ Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Paparan iklan kondensasi susu kental manis di tengah masyarakat selama puluhan tahun menyebabkan 'salah kaprah'. Masyarakat kadung menganggap sebagai 'produk susu' kental manis aman dikonsumsi sebagai mana susu murni. 

Belakangan produsen pun menhapus embel-embel susu pada produnya dan hanya menyebutya sebagai 'kental manis'. Namun itu pun belum cukup. Kesan lama yang terpatri dan produk yang menyerupai susu sebenarnya membuat masyarakat merasa aman.

Muslimat NU DAN Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) mengantisipasi fenomena ini dengan kegiatan Sosialisasi Bijak Mengonsumsi SKM.  paparan terkait susu kental manis (SKM) bersama  di Yogyakarta, Kamis (20/2). Pada acara ini Bahasa terkait bahaya mengonsumsi SKM secara berlebihan. Pasalnya, SKM mengandung gandar gula yang tinggi. Sehingga bisa membahayakan kesehatan jika dikonsumsi pada waktu yang lama. 

sumber : Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement