Kamis 20 Feb 2020 17:27 WIB

2 Penumpang Kapal Pesiar Diamond Princess Meninggal

Sebanyak 600 orang di Jepang terinfeksi virus corona.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Pengunjung berjalan melewati kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina pada hari Ahad, (16/2), di Yokohama, dekat Tokyo.
Foto: AP/Jae C Hong
Pengunjung berjalan melewati kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina pada hari Ahad, (16/2), di Yokohama, dekat Tokyo.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Sebanyak dua penumpang kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di Yokohama, Jepang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi virus corona jenis baru pada Kamis (20/2). Otoritas negara itu juga mengumumkan bahwa 600 orang dipastikan positif COVID-19 dan sedang dalam penanganan medis.

Dilansir UPI, kedua penumpang yang meninggal adalah warga negara Jepang, dengan seorang pria berusia 87 tahun dan perempuan berusia 84 tahun. Sejauh ini, ada 60 kasus virus corona yang dikonfrimasi di Negeri Matahari Terbit. 

Baca Juga

Menurut laporan, pria berusia 87 tahun ini dipindahkan dari kapal pesiar ke rumah sakit pada 11 Februari lalu, setelah dinyatakan positif terinfeksi COVID-19. Kemudian, perempuan berusia 84 tahun mendapat penanganan di fasilitas medis tersebut satu hari setelahnya. 

Secara total ada 2.666 penumpang dan 1.045 awak di Diamond Princess. Karantina dilakukan selama dua pekan saat kapal pesiar berlabuh di Pelabuhan Yokohama pada awal bulan ini. Hingga saat ini, setidaknya 621 orang dinyatakan terinfeksi virus corona pada Rabu (19/2) malam. 

Kematian dilaporkan saat ratusan penumpang kapal yang negatif virus corona akan diturunkan dari kapal, menyusul pertama kali dilakukan pada Selasa (18/2) lalu. Sebanyak 600 orang yang dinyatakan bebas dari COVID-19 telah dipulangkan setelah karantina 14 hari pertama dilakukan. 

Kasus infeksi virus corona di Diamond Princess menjadi yang kedua terbesar setelah daratan Cina. Pada awalnya, karantina dilakukan setelah kapal pesiar itu tiba di Yokohama pada 3 Februari lalu, saat diketahuinya seorang pria yang melakukan perjalanan dengan kapal tersebut turun di Hong Kong dan didiagnosis terkena virus tersebut. Sekitar 3.700 orang berada di atas kapal pesiar, dengan jumlah awak 1.100 dan kapasitas penumpang 2.670. 

Para ahli telah menyuarakan keprihatinan tentang kemungkinan orang-orang dari kapal pesiar melakukan perjalanan pulang dan menyebar ke kota-kota yang padat penduduk seperti Tokyo. Mereka mengatakan ada kemungkinan infeksi sekunder telah terjadi pada kapal selama 14 hari karantina.

Kentaro Iwata, seorang spesialis penyakit menular di rumah sakit Universitas Kobe memperingatkan bahwa beberapa penumpang yang meninggalkan Diamond Princess bisa membawa virus corona.  Ia mengatakan menurunkan penumpang untuk keluar dari kapal adalah ide yang baik,  karena kondisi di sana justru bisa lebih berbahaya bagi mereka yang pada awalnya sehat. 

Tetapi, ada kemungkinan bahwa beberapa orang yang baru-baru ini dites negatif virus corona bisa menjadi positif. Iwata mengingatkan bahwa pembersihan virus harus dilakukan secara menyeluruh, dengan pemantauan secara ketat selama dua minggu mendatang kepada mereka, terlebih jika mulai mengalami gejala infeksi.

“Tentu saja orang-orang yang diturunkan dari kapal seharusnya tidak diizinkan berkeliaran dengan bebas. Mereka harus dipantau sehingga mereka dapat dengan cepat menerima perawatan medis jika mereka menunjukkan gejala infeksi virus corona,” jelas Iwata dilansir The Guardian. 

Sementara, di Hong Kong, ada 63 kasus virus corona yang dikonfrimasi. Terdapat satu kematian terbaru pasien berusia 70 tahun pada Kamis (20/2) di Rumah Sakit Princess Margaret dan dikatakan bahwa ia memiliki penyakit lainnya selain infeksi COVID-19. Secara total ada dua orang meninggal di kota administrasi khusus Cina tersebut. 

Di luar Cina, beberapa negara juga melaporkan jumlah kematian akibat infeksi virus corona. Di antaranya adalah Prancis, Filipina, dan Taiwan yang masing-masing telah mencatat masing-masing satu kematian. Kemudian Iran dengan dua kematian dan Jepang memiliki tiga.

Virus corona jenis baru pertama kali ditemukan pada Desember 2019, dengan dugaan bahwa orang-orang terinfeksi setelah terpapar virus dari pasar makanan laut Huanan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, Cina. Di pasar itu, tidak hanya berbagai jenis makanan laut yang dijual, namun terdapat juga hewan-hewan liar yang diperdagangkan dan diyakini sebagai sumber infeksi, salah satunya kelelawar buah.

Di daratan Cina, jumlah kematian terus meningkat dengan laporan 136 kematian dan 1.749 kasus baru pada Rabu (19/2). Dengan demikian, jumlah keseluruhan korban yang meninggal di wilayah itu adalah 2.118. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement