Jumat 21 Feb 2020 00:33 WIB

Wabah Corona Turunkan Emisi Karbon China

Menurut analisis, wabah corona mampu mengurangi emisi karbon 100 juta metrik ton

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nidia Zuraya
China menempati urutan pertama negara penghasil emisi karbondioksida. Wabah corona diyakini mampu mengurangi emisi karbondioksida di China.
Foto: reuters
China menempati urutan pertama negara penghasil emisi karbondioksida. Wabah corona diyakini mampu mengurangi emisi karbondioksida di China.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Epidemi penyakit virus corona atau COVID-19 dinilai sebagai epidemi paling mematikan dalam beberapa dasawarsa. Epidemi ini tidak hanya mengganggu permintaan energi dan produksi industri di China, tetapi juga mampu mengurangi emisi karbondioksida sekitar 100 juta metrik ton.

Sebuah analisis baru oleh sebuah lembaga nirlaba iklim, Carbon Brief disebutkan bahwa dampak virus sangat luas termasuk pembatasan perjalanan, liburan yang lebih lama, dan aktivitas ekonomi yang lebih rendah.

Baca Juga

Laporan tersebut mengamati emisi selama 10 hari setelah dimulainya festival tahun baru Imlek pada 25 Januari dan membandingkannya dengan periode yang sama dari tahun sebelumnya. Selama periode itu di 2019, China mengeluarkan 400 juta metrik ton karbondioksida, dan angka tahun ini kemungkinan mendekati 300 juta metrik ton.

Dilansir Time, Kamis (20/2) peneliti menilai bahwa kosongnya kota dan transportasi umum yang belum beroperasi bukan pemicu turunnya emisi gas karbondioksida. Sebab konsumsi energi China didominasi oleh industri.

Pengurangan emisi sebagian besar dipicu oleh output yang lebih rendah dari kilang minyak dan batu bara untuk pembangkit listrik dan pembuatan baja. Karena pemerintah China berjuang untuk mengendalikan epidemi.

Dilaporkan bahwa konsumsi batu bara di China belum pulih. Sebulan sebelum Tahun Baru Imlek, pembakaran bahan bakar fosil paling kotor itu sejalan dengan tingkat tahun sebelumnya. Namun pasca virus, jatuh ke level terendah dalam empat tahun terakhir.

Jika pengurangan jangka pendek berlangsung, emisi tahunan untuk negara tersebut akan turun hanya 1 persen. Tetapi tidak ada jaminan bahwa mereka akan melakukannya. China memiliki banyak kapasitas cadangan dalam pembangkit listrik dan industri untuk meningkatkan output begitu tingkat infeksi mulai turun dan perlindungan berkurang.

Penelitian dari Bloomberg yang dirilis Selasa menunjukkan bahwa,meskipun terjadi erosi dalam produktivitas China, emisi negara itu masih bisa meningkat karena paket stimulus yang berfokus pada infrastruktur sedang disiapkan oleh pemerintah. Yang mana ini akan mengharuskan negara untuk terus membakar batu bara dan meningkatkan penggunaan semen dan baja.

Korban tewas akibat virus di daratan China mencapai lebih dari 2.000 orang. Ada 72.436 kasus yang dikonfirmasi dari orang yang terinfeksi Coronavirus di China daratan pada 17 Februari, menurut Komisi Kesehatan Nasional dengan jumlah kematian 1.868.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement