REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Jumlah korban tewas di tengah kerusuhan hebat di India meningkat menjadi 24 orang. Angka ini diperkirakan akan meningkat mengingat rumah sakit masih terus menangani masyarakat yang terluka.
Sejak Ahad (23/2), bentrokan di New Delhi antara massa Hindu dan pengunjuk rasa Muslim terhadap hukum kewarganegaraan telah menyebabkan hampir 190 orang terluka. Menurut pihak rumah sakit, beberapa orang yang mati menderita luka tembak sementara yang lainnya terluka akibat terkena tikaman benda tajam.
Saat ini, di daerah-daerah bermasalah sudah mulai tenang mengingat pemerintah melarang adanya pertemuan publik di daerah-daerah tertentu. Polisi dalam jumlah besar diperbantukan untuk berpatroli di daerah-daerah dan sekolah yang tutup.
Seorang siswa perempuan sebelumnya mengeluh kepada Penasihat Keamanan Nasional, Ajit Doval, bahwa polisi tidak melindungi mereka dengan baik. Segerombolan massa merusak daerah itu dan membakar toko-toko serta kendaraan.
Ketika jalan-jalan New Delhi hancur dan pecah bentrok antara Hindu dan Muslim, Perdana Menteri India Narendra Modi sedang menjadi tuan rumah resepsi mewah untuk Presiden AS, Donald Trump. Modi akhirnya memberikan komentarnya atas kericuhan yang terjadi.
"Perdamaian dan harmoni adalah pusat dari etos India. Saya memohon kepada saudara dan saudari saya di Delhi untuk menjaga perdamaian dan persaudaraan setiap saat," ujar Modi dalam unggahan akun Twitter resmi miliknya dikutip dari Morning Star Online, Kamis (27/2).
Pemimpin oposisi utama India, Sonia Gandhi, menuduh Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang menaungi Modi menciptakan lingkungan kebencian. Para pemimpinnya menghasut kekerasan melalui pidato-pidato provokatif.
Dia mengatakan pidato-pidato itu melahirkan para pemrotes terhadap hukum kewarganegaraan sebagai anti-nasionalis, yang didanai muslim-Pakistan. Pengadilan Tinggi New Delhi telah memerintahkan polisi untuk meninjau video pidato kebencian yang diduga dibuat oleh tiga pemimpin BJP dan memutuskan untuk menuntut mereka.
Seorang warga, Rouf Khan, mengatakan gerombolan orang datang dengan membawa batang besi, batu bata, dan tongkat bambu. Mereka menyerang rumah-rumah Muslim pada Selasa (25/2) lalu.
"Setelah memaksa masuk ke dalam rumah, mereka mengamuk dan mulai memukuli orang-orang dan menghancurkan barang-barang rumah tangga," kata Khan. Ia menambahkan bahwa ia dan keluarganya harus lari dan berlindung di dalam sebuah masjid yang katanya dijaga oleh ribuan laki-laki Muslim.
"Saya tidak tahu apakah rumah kami terbakar atau tidak. Tetapi ketika kami melarikan diri, kami mendengar mereka meminta orang untuk menuangkan minyak tanah dan membakar semuanya," lanjutnya.