REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK - Warga Kampung Muhara Kecamatan Lebak Gedong, Banten yang menjadi korban banjir bandang dan longsor mendambakan jembatan permanen. Jembatan tersebut dibutuhkan untuk memudahkan pemasaran hasil pertanian ke luar daerah.
"Kami berharap pemerintah, BUMN, perusahaan swasta, donatur, dan relawan dapat membangun jembatan semi permanen itu," kata Marjuk, warga Kampung Muhara Kabupaten Lebak, Jumat (28/2).
Masyarakat Kampung Muhara sudah dua kali membangun jembatan darurat berbahan bambu pasca-bencana banjir bandang dan longsor. Akan tetapi jembatan darurat tersebut kembali hanyut diterjang banjir Sungai Ciberang.
Saat ini, kata dia, masyarakat di daerah itu terpaksa menyeberang menggunakan rakit dan perahu karet. Warga di daerah itu tidak memiliki akses jalan karena lokasinya perbukitan dan pegunungan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
"Kami berharap jembatan itu dibangun semi permanen dan bisa dilintasi kendaraan roda dua dan roda empat," ujar Marjuk.
Sukanta, warga Kecamatan Lebak Gedong mengatakan akibat terputusnya jembatan desa itu kini warga kesulitan untuk memasarkan hasil pertanian. Menurutnya keberadaan jembatan sangat vital karena sebagai penghubung desa ke luar daerah. "Kami mendambakan jembatan itu dibangun kembali semi permanen sehingga memiliki kekuatan dari terjangan banjir," katanya.
Camat Lebak Gedong Wahyudin mengatakan jembatan di Kampung Muhara sudah dibuat masyarakat secara gotong royong dengan melibatkan relawan pasca-banjir bandang dan longsor. Namun, kondisi jembatan itu dilanda hujan lebat sehingga kembali hanyut diterjang banjir.
"Kami sudah melaporkan jembatan itu ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk ditindaklanjuti pemerintah daerah," katanya.