REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan angkat bicara mengenai banjir yang beberapa kali terjadi di wilayahnya sejak awal tahun ini. Anies menyebutkan, curah hujan ekstrem menjadi penyebab utama dan mengusulkan bangunan di Jakarta menggunakan konsep zero run-off.
"Jakarta mengalami curah hujan ekstrem, tertinggi dalam 154 tahun terakhir," ujarnya saat pemaparan rapat koordinasi penanganan banjir Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (2/3).
Dikatakan Anies, curah hujan lebat hingga ekstrem di Jakarta bervariasi antara 100 milimeter (mm) hingga lebih dari 150 mm.Curah hujan luar biasa tinggi ini, diakuinya, tidak diimbangi dengan daya tampung saluran air (drainase).
Kondisi inilah, kata dia, yang membuat 14,3 persen wilayah Jakarta tergenang. Bahkan, dia mencontohkan, Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur yang dikelola Tentara Nasional Indonesia dan dikenal bersih dan bebas sampah, ternyata masih saja tergenang banjir hingga 30 sentimeter (cm).
Tak hanya curah hujan tinggi, dia menyebutkan, hujan yang tak lagi berpola juga menjadi faktor penyebab banjir. Selain itu, hulu pegunungan dan atap rumah tidak bisa menampung air. "Selain itu sekitar 92 persen tanah kita tertutup," ujarnya.
Anies menyebutkan, solusi banjir di Jakarta dengan cara membuat sumur saluran air atau zero run-off. Menurutnya, hal itu bisa membantu mengatasi genangan yang selama ini terjadi.
""Alhamdulilah gedung-gedung di Jakarta sudah menerapkan zero run-off," ujarnya
Zero run-off adalah konsep pengendalian banjir dengan bangunan atau kawasan mengelola air limpasan di dalam kawasannya sendiri, yaitu dengan drainase vertikal.
Untuk menstimulus bangunan-bangunan di ibu kota menerapkan zero run-off, pihaknya mengaku, telah menyiapkan insentif pajak untuk warga. Pihaknya menjanjikan stimulus insentif itu untuk warganya yang mau menerapkan.