Kamis 05 Mar 2020 18:32 WIB

Coba-coba Panen Bawang Brebes di Tasikmalaya

Bawang varietas Brebes berhasil ditanam dan dipanen di Kota Tasikmalaya.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Karta Raharja Ucu
Sejumlah warga memanen bawang merah di lahan milik Kelompok Hortikultura Saung Galih, di Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Kamis (5/3).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sejumlah warga memanen bawang merah di lahan milik Kelompok Hortikultura Saung Galih, di Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Kamis (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah perempuan memanen bawang merah di lahan dengan luas sekira 100 meter persegi di Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Kamis (5/3) siang. Mereka dipersilakan memanen sendiri bawang merah, setelah itu ditimbang, lalu dibeli dengan harga Rp 20 ribu per kilogramnya.

Panen bawang merah di lahan milik Kelompok Hortikultura Saung Galih itu merupakan yang kali pertama dilakukan. Bawang varietas Brebes yang dipanen itu merupakan hasil uji coba penanaman di Kota Tasikmalaya.

Ketua Kelompok Hortikultura Saung Galih, Adgani Adam (46 tahun) mengatakan, uji coba panen itu berawal dari kegiatan "Sadar Inflasi" Bank Indonesia (BI) yang diikutinya. Beberapa bulan lalu, ia bersama para petani bawang dari Tasikmalaya diajak berkunjung ke petani bawang merah di Brebes, Jawa Tengah.

"Kita dapat oleh-oleh benih bawang merah dari kegiatan itu. Itu kita tanam di Tasikmalaya," kata dia, Kamis (5/3).

Menurut dia, hasil uji coba itu berhasil. Benih bawang merah asal Brebes tumbuh subur di lahan miliknya. Dari satu bibit yang ditanam, umbi yang dihasilkan mencapai delapan buah.

Selain itu, umbi yang dihasilkan lebih besar dari yang ada di Brebes. Waktu tanamnya hingga panen pun lebih singkat, hanya sekira 55 hari. Padahal, rata-rata bawang di Brebes baru dipanen setelah 60 hari atau lebih ditanam.

Adam mengatakan, dari 8 kilogram bibit bawang merah yang ditanam, hasilnya diperkirakan mencapai 70-80 kilogram. Ia pun meraup keuntungan hampir dua kali lipat dari modal dan biaya perawatan yang digunakan.

Ia menjelaskan, biaya keseluruhan untuk bibit, perawatan, produksi, hingga panen, memerlukan biaya sekira Rp 800 ribu. Sementara dengan perkiraan hasil panen sebanyak 70 kilogram dan harga jual Rp 20 ribu per kilogram, omzet yang didapat bisa mencapai Rp 1,4 juta.

Hasil panen itu baru dijual oleh Adam ke lingkungan sekitar. "Dari grup WA ibu-ibu juga habis. Kita jual Rp 20 ribu per kilogram padahal sekarang harga pasar mencapai Rp 35 ribu per kilo," kata dia.

Dalam menanam bawang merah varietas dari Brebes, Adam mengaku tak menggunakan cara khusus. Ia hanya mengikuti aturan baku dalam menanam bawang.

Dengan hasil yang didapatnya, ia optimistis tanah di Kota Tasikmalaya dapat digunakan untuk menanam bawang. "Saya yakin tanah di Tasik bisa untuk menanam bawang. Saya sudah dua kali uji coba dengan varietas yang berbeda, dua-duanya berhasil. Tinggal kita buktikan untuk skala besar," kata dia.

Adam mengatakan, saat ini ia telah menerima pesanan dari pasar tradisional dan Sub-Terminal Agribisnis (STA) Panumbangan Kabupaten Ciamis. Jumlah permintaannya tak tanggung-tanggung, yaitu mencapai 1,5 ton bawang merah varietas Brebes per pekan.

Selama ini, kata Adam, mereka memesan langsung dari Brebes. Namun ketika di Tasikmalaya terdapat barangnya, mereka mencoba untuk memesannya demi memangkas ongkoa produksi.

Menurut dia, untuk memenuhi pesanan itu diperkirakan butuh 3 hektare lahan. "Kita masih ada, tinggal produktivitas dan ketersediaan modal harus dijaga," kata dia.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan, Kota Tasikmalaya, Tedi Setiadi mengaku tak menyangka lahan di Kota Tasikmalaya dapat digunakan untuk menanam benih bawang merah dari Brebes. Hasilnya pun disebut baik dan berukuran lebih besar.

Menurut dia, komoditas bawang merah di Kota Tasikmalaya terkadang sulit ditemukan pada periode tertentu. Dengan adanya uji coba yang dilakukan Kelompok Hortikultura Saung Galih menanam varietas Brebes, bukan tidak mungkin hal itu menjadi solusi untun menjaga ketahanan pangan di Kota Tasikmalaya.

"Jangan-jangan Kota Tasikmalaya cocok untuk produksi bawang merah. Ini akan kami diskusikan di kantor untuk dikembangkan. Ini adalah potensi yang perlu didukung dengan kebijakan," kata dia.

Ia mengaku belum memegang data produksi dan kebutuhan bawang merah di Kota Tasikmalaya. Namun, menurut dia, kebutuhan pangan di Kota Tasikmalaya sangat tinggi. Di sisi lain, ketersediaan lahan yang ada sangat terbatas.

Karena itu, lanjut dia, pihaknya akan berupaya untuk kita terus mengkatkan produksi dan kualitas bahan pangan, termasuk bawang merah. Selain itu, daya saing petani dan distributor juga mesti ditingkatkan agar hasil produkai yang ada dapat dijual ke pasaran.

"Saya akan berupaya semaksimal mungkin bersinergi untuk kita fokus meningkatkan kesejahteraan para petani," kata dia.

Tedi mengatakan, dinas yang dipimpimpinnya telah menyiapkan sejumlah strategi. Pertama, pihaknya akan fokus pada sarana dan prasarana pertanian, mulai dari saluran irigasi sampai jalan pertanian. Kedua, pihaknya juga akan meningkatkan sistem pengelolaan pertanian. Sebab, lahan pertanian di Kota Tasikmalaya setiap thaun semakin menyempit, tapi produksi harus tetap terjaga.

Selanjutnya, pihaknya juga akan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih. Jika perlu, pihaknya bersedia untuk menyekolahkan SDM yang berpotensi.

"Terakhir, kita akan terus fasilitasi para petani. Kita akan terus memberikan dukungan, misalnya melalui program WUB (Wirausaha Baru). Mereka juga diperkenalkan dengan teknologi informasi dan layanan perbankan," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement