Jumat 06 Mar 2020 09:12 WIB

Sukuk Korporasi Kurang Literasi

Yield atau kupon menjadi faktor utama penentu sebuah emiten tertarik terbitkan sukuk.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Sukuk (ilustrasi).
Foto: alhudacibe.com
Sukuk (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar sukuk korporasi dinilai masih belum matang dibandingkan instrumen surat utang lain, baik obligasi maupun Medium Term Note (MTN). Presentasenya yang jauh lebih kecil menjadi imbas karena kurang literasi.

Manager Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Fikri C Permana menyayangkan ketertinggalan sukuk korporasi karena kurangnya literasi. Baik itu di sisi market penyerap maupun emiten penerbit.

Baca Juga

"Sayang saja, negara penduduk muslim terbesar tapi instrumen syariahnya kurang berkembang," kata dia pada Republika.co.id, Kamis (5/2).

Fikri juga menyampaikan perlunya menciptakan permintaan terhadap instrumen. Karena jika melihat emiten-emiten syariah di pasar saham, hampir semua sektor perusahaan prospektif untuk menerbitkan sukuk.

Menurutnya, yield atau kupon menjadi faktor utama penentu sebuah emiten tertarik terbitkan sukuk. Terlebih untuk korporasi yang berperingkat baik. Ini hampir sama halnya dengan obligasi atau MTN konvensional.

"Mungkin bisa mendapatkan cost of fund atau yield yang lebih baik jika dibanding sumber pendanaan lain," katanya.

Instrumen sukuk juga sebenarnya memiliki basis investor yang luas. Tidak seperti obligasi yang tidak bisa dibeli investor syariah. Sukuk bisa dibeli oleh investor syariah maupun konvensional.

Namun, Fikri menilai literasi basis investor tersebut perlu diperluas, sekaligus literasi terkait. Ia meyakini peningkatan literasi akan meningkatkan portofolio sukuk korporasi, meski tetap perlu waktu yang lebih matang.

Menurut statistik mingguan Pasar Modal OJK, total emisi obligasi korporasi tahun 2019 tercatat Rp 110,4 triliun sementara sukuk korporasi hanya sebesar Rp 12 triliun. Selama 2020 hingga Februari, emisi obligasi sebesar Rp 400 miliar dan sukuk korporasi nol.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement