REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arsal merupakan salah satu wilayah di Lebanon yang menjadi tempat bagi satu juta jiwa penduduk Suriah menghadapi masa sulit saat musim dingin datang. Meringankan para pengungsi di Arsal, Aksi Cepat Tanggap mengirimkan selimut bagi ribuan pengungsi Suriah.
Tim Global Humanity Response - Aksi Cepat Tanggap (ACT), Firdaus Guritno yang ditugaskan untuk mendampingi pengungsi Suriah mengatakan, selama ini penduduk Suriah di Arsal hanya bergantung pada bantuan kemanusiaan dari lembaga non-pemerintah. Selain itu, mereka juga hidup berdampingan dengan masyarakat prasejahtera asal Lebanon.
“Di wilayah ini juga menjadi tempat mengungsi lebih kurang 450 ribu jiwa asal Palestina yang kondisinya sama,” kata Firdaus dalam keterangan yang didapat Republika, Ahad (8/3).
ACT pada musim dingin tahun 2020 ini mengirimkan selimut bagi pengungsi Suriah di Arsal untuk seribu penerima manfaat. Pengiriman bantuan musim dingin dilakukan pada 22 dan 24 Februari lalu
Firdaus menambahkan, pengungsi di Arsal tidak memiliki sumber penghangat di tempat mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian. Pakaian hangat yang mereka miliki sangat terbatas. Belum lagi, tempat tinggal mereka yang mudah sekali dimasuki udara dingin serta salju yang tebal ketika puncak musim melanda.
“Sebelumnya pada musim dingin tahun 2019, ACT juga sudah mengirimkan bantuan musim dingin berupa pakaian hangat serta selimut,” ucapnya.
Di Arsal, mayoritas pengungsi dari Suriah merupakan perempuan dan anak-anak. Tenda yang mereka gunakan sangat sederhana. Hanya berupa terpal atau kain yang ditambal untuk mencegah udara dingin atau hujan tak telalu banyak masuk ke dalam tenda.
Di bulan Februari hingga Maret ini, wilayah Arsal masuk musim dingin. Perjuangan tersendiri bagi para pengungsi yang tinggal dengan keadaan serba terbatas.