REPUBLIKA.CO.ID, Riyadh -- Arab Saudi melaporkan empat kasus baru virus corona atau Covid-19. Menurut Kementerian Kesehatan Arab Saudi, dengan empat kasus ini, total jumlah kasus Covid-19 di negara itu menjadi 15.
Pada Senin (9/3) Kementerian Kesehatan Arab Saudi menjelaskan, dari empat kasus itu, satu kasus warga negara Arab Saudi, 1 warga Amerika Serikat (AS), dan dua warga Bahrain. Sebelumnya, Arab Saudi sudah menangguhkan perjalanan kesembilan negara.
Kebijakan ini melarang masyarakat atau siapa pun yang berada selama 14 hari di sembilan negara itu masuk ke Arab Saudi. Sembilan negera tersebut meliputi Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Lebanon, Suriah, Korea Selatan, Mesir, Italia, dan Irak.
Pada Ahad (8/3) lalu Arab Saudi sudah menutup sementara provinsi penghasil minyak Qatif. Sudah 11 orang yang dilaporkan positif Covid-19 di provinsi tersebut. Pemerintah juga menutup sekolah dan kampus di seluruh negeri.
Penutupan ini diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Arab Saudi setelah ada empat kasus baru. Dua orang sumber industri perminyakan mengatakan, penutupan ini diprediksi akan berdampak pada produksi minyak Arab Saudi.
Selain itu, penutupan ini juga dapat memupuk kemarahan warga Qatif yang populasinya mayoritas Muslim Syiah. Masyarakat Muslim Syiah di provinsi tersebut kerap mengeluhkan diskriminasi dan marginalisasi yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi mengatakan, orang-orang yang terinfeksi sempat berkunjung ke Irak atau Iran dan melakukan kontak dengan pasien Covid-19 di sana. Penutupan Qatif ini juga diprediksi akan meningkatkan ketegangan antara Arab Saudi dan Iran.
Riyadh sudah memberlakukan larangan masuk bagi warga Iran. Hingga saat ini Iran melaporkan sudah 196 orang meninggal dunia karena virus corona.
Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan, mereka menghentikan pergerakan keluar-masuk Qatif, tetapi memastikan warga dapat sampai ke rumah mereka dan pasokan komersial di provinsi itu tetap berlanjut.