Kamis 12 Mar 2020 16:27 WIB

Terus Bertambah, 132 Jiwa Meninggal Akibat DBD

Angka meninggal akibat DBD terbanyak terjadi NTT sebanyak 32 orang

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dokter memeriksa perkembangan kesehatan seorang pasien terserang demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat di bangsal anak RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (11/3/2020).(Antara/Kornelis Kaha)
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Dokter memeriksa perkembangan kesehatan seorang pasien terserang demam berdarah dengue (DBD) yang dirawat di bangsal anak RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (11/3/2020).(Antara/Kornelis Kaha)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis korban meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) terus bertambah yaitu 132 jiwa selama periode 1 Januari 2020 hingga 12 Maret 2020. Angka kematian terbanyak terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu 32 jiwa.

"Tercatat total 132 orang meninggal dunia dan total kasus 19.391," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika, Kamis (12/3).

Baca Juga

Ia memperinci kematian tertinggi yaitu di NTT sebanyak 32 jiwa, Jawa Tengah 16 jiwa, Jawa Barat 15 jiwa, Jawa Timur 13 jiwa, Lampung 13 jiwa, Jambi tujuh jiwa, Sulawesi Utara lima jiwa, Bengkulu tiga jiwa, Sulawesi Tenggara tiga jiwa, Riau tiga jiwa, Sulawesi Selatan tiga jiwa, Sumatra Barat dua, Kalimantan Tengah dua, Kalimantan Timur dua, Sumatra Utara dua, Kalimantan Barat dua, Kalimantan Selatan dua jiwa, Sulawesi Tengah dua jiwa, Kepulauan Riau satu, Bangka Belitung satu, Sumatra Selatan satu jiwa, Nusa Tenggara Barat satu, Kalimantan Utara satu.

Sementara itu, ia menyebutkan kasus DBD terbanyak di Lampung. Ia memperinci 19.391 kasus DBD yaitu 3.004 di Lampung, 2.757 kasus di NTT, 1.761 kasus di Jawa Timur, 1.420 di Jawa Barat, 1.197 kasus di Jawa Tengah, Riau 1.104 kasus, Jambi 1.081 kasus, Sumatra Selatan 593 kasus, DKI Jakarta 583 kasus, Nusa Tenggara Barat 558 kasus, Sumatra Barat 490 kasus, Sulawesi Selatan 472 kasus, Sulawesi Utara 462 kasus, Kalimantan Selatan 425 kasus, Kalimantan Barat 412 kasus, Sumatra Utara 399 kasus, Bangka Belitung 379 kasus, Kepulauan Riau 288 kasus, Kalimantan Timur 285, DI Yogya 272, Kalimantan Tengah 246 kasus, Bengkulu 205 kasus, Sulawesi Tenggara 188, Aceh 179 kasus, Sulawesi Barat 177, Banten 128 kasus, Kalimantan Utara 127 kasus, Sulawesi Tengah 108 kasus, dan Maluku Utara 91.

Ia memprediksi, kasus DBD akan terus terjadi hingga akhir Maret 2020. "Karena puncak DBD terjadi antara Februari hingga Maret," ujarnya.

Karena itu, ia meminta masyarakat aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Untuk menangani kasus DBD, Nadia mengaku pihaknya telah menerapkan mesin fogging, raket nyamuk, insektisida, larvasida, dan repellent nyamuk. Selain itu, ia menambahkan, pihaknya melakukan pendampingan dan evaluasi fogging.

Tak hanya itu, ia menyebutkan survei dan pengendalian vektor juga telah dilakukan.  Kemudian ia menambahkan, Kemenkes juga memantau kasus dan menganalisa data di posko DBD.

"Khusus Kabupaten Sikka juga ada penambahan tenaga kesehatan, baik dari kabupaten lain atau dari TNI dan tentunya TNI yang ada di Kabupaten Sikka," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement