REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah ancaman penyakit infeksi virus corona tipe baru, Covid-19, salam siku dipopulerkan Istana, sebagai alternatif jabat tangan. Namun rupanya, salam siku tidak direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyarankan agar semua orang menghindari salam siku. Menurut Tedros, salam siku membuat interaksi jarak dekat dengan orang lain.
Ketika bersalam siku, orang akan berada kurang dari satu meter satu sama lain. Alhasil, risiko penularan virus corona pun terbuka.
"Ketika menyapa orang, sebaiknya hindari salam siku, karena itu akan menempatkan Anda dalam jarak kurang dari satu meter dari orang lain," kata Tedros dilansir New York Post, Sabtu (14/3).
- When greeting people, best to avoid elbow bumps because they put you within 1 meter of the other person. I like to put my hand on my heart when I greet people these days.
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) March 7, 2020
Dalam cicitannya di Twitter, Tedros mengungkap bahwa meletakkan tangan di dada merupakan alternatif salam terbaik.
"Aku sering meletakkan tanganku di dada ketika menyapa orang-orang belakangan ini," tulis Tedros.
Covid-19 telah menjadi pandemi global. Virus ini telah menyebar ke lebih dari 120 negara, menginfeksi 130 ribu orang lebih, sekitar 4.900 orang meninggal, dan lebih dari 68 ribu telah sembuh.
Agar tidak kian meluas, WHO menyarankan agar masyarakat menerapkan gaya hidup sehat, seperti rutin cuci tangan dengan sabun, mengenakan masker, juga meningkatkan daya tahan tubuh.