REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona masih menyebar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Setiap negara pun berupaya menemukan vaksin untuk menyembuhkan wabah tersebut.
Di dalam negeri, perusahaan farmasi PT Bio Farma dikabarkan bakal berkolaborasi dengan lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Hal itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio tidak memungkiri adanya rencana tersebut. Hanya saja ia belum bisa menjelaskan secara lebih rinci. "Baru konsolidasi awal. Belum ada yang bisa di-share," ujarnya saat dihubungi Republika pada Ahad, (15/3).
Sebelumnya, Bio Farma menyatakan belum berencana membuat vaksin anti virus corona. Meski begitu, induk holding BUMN Farmasi itu sudah berdiskusi dengan lembaga riset untuk mencari dahulu virusnya.
"Kalau nggak ada virusnya kita nggak bisa kembangkan vaksinnya. Kita deteksi dulu," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (5/2).
Ia menuturkan, tidak mudah membuat vaksin. Sebab diperlukan waktu hingga belasan tahun.
Salah satu proses yang paling lama dalam pembuatan vaksin, kata Honesti, yakni uji klinis. Proses tersebut harus dilakukan sebelum vaksin dinyatakan bisa digunakan.
SEVP Produksi Bio Farma Juliman menambahkan, perseroan tengah berdiskusi pula dengan Kementerian Kesehatan. "Dalam rangka dapatkan bibit virus corona, itu awalnya, kalau mau kembangkan harus ada virusnya dulu," jelas dia.
Juliman mengatakan, saat ini banyak negara yang ingin mengembangkan vaksin virus tersebut. "Masing-masing negara berusaha buat vaksin ini," ujarnya.